Blusukan ke Pasar Parung, Kang Emil belanja ikan asin sepat

Bogor (Antara) - Ridwan Kamil, bakal calon gubernur Jabar blusukan ke Pasar Parung, Kabupaten Bogor, Sabtu (7/10). Di sana dia menyapa pedagang dan pembeli.  Para pedagang dan pembeli berebut selfie dengan Kang Emil.

Di pasar itu Kang Emil bercakap-cakap dengan pedagang. Mayoritas pedagang mengeluhkan pasar sepi karena pedagang banyak berjualan di luar pasar.

"Banyak pedagang yang jualan di luar pasar, akibatnya pasar ini sepi pengunjung, padahal pasar ini resmi milik Pemerintah, tapi pemerintah kurang tegas menindak pedagang yang jualan di trotoar maupun di pinggir jalan," kata Dimyati, Kaur Desa Waru, Parung.

Mendengar persoalan tersebut, menuru Kang Emil mengatakan,  harus ada penataan ulang pasar ini, agar diminati pembeli. Mulai dari tata ruang, hingga kebersihan.

"Saya melihat membuat  tata ruang pasar kurang bagus. Misalnya, jalan masuk ke pasar terlalu jauh, sehingga pedagang jemput bola jualan di pinggir jalan," kata dia.

Padahal, lanjut Kang Emil,  potensi ekonomi di Pasar Parung ini  sangat luar biasa. Ekonomi tumbuh dengan  baik. "Melihat pasar ini, kalau saya diberi amanah menjadi gubernur, di depan pasar akan saya bangun alun-alun, tempat orang bekumpul, dan akses menuju pasar. Tata ruang pasar dibuat lebih menarik dan terutama pasar harus bersih," ujarnya.

Di Pasar itu, Kang Emil sempat membeli ikan asin sepat. "Ikan asin sepat ini kesukaan saya. Meski banyak cucuknya (duri), rasanya nikmat banget dimakan sama nasi panas. Jadi kalau,  wartawan mau ngirim saya, kirimi aja ikan asin sepat dan tahu, pasti saya makan," ujarnya.

Kang Emil juga bertanya terkait harga-harga sembako maupun komoditas, apakah ada kenaikan harga. Pedagang menjawab, kalau harga-harga stabil. "Kalau dulu harga cabe sampai To 100 ribu per kg, sekarang hanya Rp 30 ribu per kg. Kalau harga-harga di pasar semuanya masih  stabil Pak," kata Ade, pedagang cabe, saat ditanya Kang Emil.

Pasar Modern Parung sering disebut pasar Parung lama, posisinya tak jauh dari terminal bayangan angkot. Disebut terminal bayangan karena  angkot biasa ngetem di jalanan, bukan di terminal. "Ada terminal, tapi nggak dibangun-bangun sama pemerintah, terpaksa kita ngetem di sini," kata seorang sopir angkot jurusan Parung -Bogor.

Kang Emil pun mendatangi lahan  terminal tersebut. Lahan kosong yang luasnya lebih dari satu hektare itu hanya hamparan rumput hijau. Disekelilingnya terlihat pagar tembok setinggi 3 meter.  Jalan masuk hanya selebar 2 meter.  "Sejak tahun 2000-an terminal ini mangkrak, harusnya pemerintah segera bangun terminal ini, agar sopir angkot tidak ngetem di depan pasar," kata Dimyati.

Melihat lahan luas bakal terminal, Kang Emil mengatakan, lahan ini harus segera dibangun terminal. Agar terminal ini bagus, harus dibangun dengan konsep menarik. "Dipinggirnya bisa dibangun kios-kios makanan, lalu di tengahnya untuk terminal. Lahannya sudah tersedia, sayang kalau tidak segera dibangun terminal," ujarnya.
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2017