Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau menyatakan akan mempertahankan hamparan Hutan Talang di Kabupaten Bengkalis dari proyek pembangunan jalan karena kawasan itu sangat penting bagi keberlangsungan satwa gajah sumatera.

“Total Hutan Talang yang tersisa di sana itu tinggal 350 hektare, itu termasuk kawasan konservasi dan hutan yang masuk area PT Chevron,” kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono di Pekanbaru, Jumat.

Hutan Talang yang tersisa terdiri dari Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja. Namun, kondisinya memprihatinkan karena banyak berubah menjadi permukiman, kebun kelapa sawit bahkan ada perkantoran pemerintahan. Suharyono mengatakan, Pemkab Bengkalis berencana untuk membangun jalan lingkar bart Duri, yang akan membelah Hutan Talang tersisa melintasi area Chevron.

Namun, ia mengatakan pihaknya akan berusaha menolak rencana tersebut karena hamparan Hutan Talang yang tersisa juga menjadi daerah lintasan (homerange) gajah sumatera binaan BBKSDA di Balai Raja. “Tiga ekor gajah Balai Raja juga kerap melintas di sana sampai ke kompleks Chevron. Kalau nanti dibangun jalan, saya yakin Hutan Talang akan habis karena muncul nanti warung-warung juga,” ujarnya.

Ia menyarankan seharusnya pembangunan jalan lingkar itu melingkari area Hutan Talang yang tersisa, bukan membelahnya. “Kami berencana untuk menjadikan hamparan Hutan Talang yang pusat konservasi gajah Sumatera di Riau,” ujarnya.

Penolakan proyek jalan di Hutan Talang juga terus disuarakan oleh aktivits lingkungan. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Sahabat Talang kembali menggelar kampanye penyelamatan di Kota Duri, Kabupaten Bengkalis pada Kamis (30/5) . Ini merupakan aksi lanjutan setelah minggu lalu menggelar kampanye serupa di dekat area pembangunan jalan lingkar barat Duri.

Sahabat Talang merupakan kumpulan dari berbagai komunitas yang ada di Duri, yaitu HIPAM, RSF, Serdadu Alam, Lalang Adventure, Vespa Besi Tua Duri, PADU dan GMR.

Pada aksi kali ini aktivis menggelar teatrikal di depan Kantor Camat Mandau yang berjudul Hitam Putih Jalan Lingkar. “Kami tidak menentang pembangunan, tapi kami ingin pemerintahan Bengkalis mencari solusi lain agar hutan satu-satunya habitat gajah Duri itu bisa dipertahankan,” kata koordinator kampanye, Bobi.

Menurut dia, para aktivis meminta adanya mediasi dengan Pemerintahan Bengkalis sebelum Hutan Talang dibelah menjadi jalan lingkar.*


Baca juga: Aktivis lingkungan Riau tolak proyek jalan membelah Hutan Talang

Baca juga: BBKSDA Riau akan pindahkan pusat latihan gajah ke Hutan Talang


Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019