Palu (ANTARA) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas-HAM) Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah meminta pemerintah atau pihak yang bertanggung jawab terhadap jalan nasional jalur poros trans Palu-Kulawi, untuk membangun dan memperbaiki akses yang rusak pascaterdampak longsor dan banjir pada Minggu(28/4).

“Melalui BPBD Kabupaten Sigi khususnya terhadap komandan atau penanggung pawab perasi perbaikan jalan trans Palu-Kulawi, kiranya sesegera mungkin melakukan mobilisasi sumber daya yang ada utamanya peralatan berat untuk melakukan kerja-kerja perbaikan jalur-jalur jalan yang terputus,” ucap ketua Komnas-HAM RI Perwakilan Sulawesi Tengah, Dedi Askary di Palu, Minggu.

Disebutkan tempat-tempat yang masih terisolir akibat banyaknya jalur jalan yang putus dan terpapar longsor segera terhubung. Sebab jika hal tersebut tidak segera dilakukan akan memberikan implikasi ikutan, semisal masyarakat kesulitan bahan pokok, kalaupun ada dapat dipastikan akan dengan segera mengalami kenaikan harga.

Tim Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengemukakan masih terdapat delapan titik ruas jalan poros Trans Palu-Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), terimbun longsor pada Sabtu 4/5.

ACT mengemukakan bencana banjir bandang yang menerjang di sejumlah wilayah di Kabupaten Sigi tidak hanya menerjang ratusan rumah warga, namun juga memutuskan ruas jalan di jalur poros Palu-Kulawi. Hingga saat ini ruas jalan tersebut belum bisa dilalui kendaraan roda empat.

Dalam keterangan tertulis Humas ACT di Sigli, Sabtu, disebutkan bahwa dari pantauan tim Aksi Cepat Tanggap di lokasi, ada delapan titik longsor yang masih menutupi badan jalan di jalur poros Palu-Kulawi tepatnya di Desa Namo Kecamatan Kulawi.

Penanggung jawab program Aksi Cepat Tanggap Sulteng, Mustafa mengatakan dari hasil pengamatan ACT di lokasi ada delapan titik longsor yang masih menutupi badan jalan.

Akibat terputusnya jalur Palu-Kulawi, harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat,termasuk di Desa Tuva melonjak tajam. Misalkan harga minyak tanah menjadi Rp20.000/liter, bensin Rp15.000/liter dan gula pasir Rp17.000/kg. Padahal, normalnya harga bensin di desa itu hanya Rp10.000/botol, minyak tanah
Rp12.000/liter dan gula pasir Rp13.000/kg.

Komnas-Ham Sulteng menilai, setelah akses jalan semua sudah terbuka, langkah selanjutnya pemerintah daerah harus lakukan operasi pasar.

“Menurut kami dengan kapasitas yang dimiliki dan pengalaman sepanjang September hingga sekarang, Bupati Sigi Bapak Irwan Lapata, pasti akan selesaiakan semua soal-soal terebut.

"Penglihatan kami pascaperistiwa 28 September 2018 lalu, satu-satunya Bupati Sigi Irwan Lapatta kepala daerah yang terdampak menjadikan mobil ambulans sebagai tempat istirahat, tempat kerja merespon berbagai soal yang terjadi dan dirasakan masyarakat, bahkan hampir tiga minggu beliau melayani urusan pemerintahan dengan mobil ambulans,” ujar dia.

Sebelumnya, beberapa titik jalur yang menghubungkan Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan Kulawi, Kabupaten Sigi yang putus total selama beberapa hari akibat banjir bandang yang terjadi pada 28 April 2019, kini sudah normal dan telah bisa dilewati kendaraan.

Arus lalulintas kendaraan barang maupun penumpang di lokasi, Sabtu sudah bisa melintas setelah jalan yang putus itu telah berhasil diperbaiki kembali oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulteng dibantu anggota TNI/Polri dan para relawan peduli bencana alam di daerah ini.

"Syukur alhamdulillah, jalan sudah tembus sehingga distribusi barang kebutuhan pokok dan lainnya ke empat kecamatan yang sebelumnya terisolir tersebut, kini sudah kembali lancar," kata Ruben, salah seorang pengemudi angkutan pedesaan yang selama ini melayani trayek Palu-Kulawi pp.

Ia menambahkan jalur yang putus cukup panjang dari ujung Desa Saluki sampai ke Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.
Tim Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bantu mengevakuasi motor warga yang melintas di jalur trans Palu-Kulawi, Sabtu 4/5 (Dokumentasi ACT)

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019