Bengkulu (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo berterima kasih pada organisasi Muhammadiyah telah melahirkan banyak tokoh bangsa sekaligus meneguhkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Kita rakyat Indonesia sangat berterima kasih kepada Muhammadiyah yang berjuang untuk kemerdekaan negara ini dan meneguhkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Tanwir Muhammadiyah ke-51 di Bengkulu, Jumat.

Presiden mengatakan, Muhamadiyah juga telah melahirkan banyak pahlawan nasional seperti KH Ahmad Dahlan, Nyai Walidah Ahmad Dahlan, Kasman Singodimejo, dan lain-lain. 

Selain itu, rakyat Indonesia juga berterima kasih atas amal usaha Muhamadiyah. 

"Saya pernah mengunjungi institusi Muhamadiyah baik di Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat. Sekolah, pesantren, perguruan tinggi, rumah sakit," katanya.

Jokowi juga menyebutkan bahwa sang istri yakni Iriana Joko Widodo juga menyelesaikan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Presiden pun berterima kasih kepada organisasi dan badan otonom Muhammadiyah yang maju pesat.

"Saya pernah datang ke universitas yang dipimpin perempuan semuanya yakni Universitas Aisyiyah Yogyakarta," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Presiden juga menyampaikan hal-hal yang telah dilakukan pemerintah dalam 4,5 tahun terakhir.

Menurut dia, dalam 4,5 tahun terakhir ini Pemerintahannya berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.

Indonesia pada awalnya sudah menjadi negara yang generasi pertama yang mengembangkan jalan tol.

Namun sayangnya pada perkembangannya justru tertinggal dengan negara-negara lain.

"Kita sering memiliki ide dan gagasan dan kita sering memulai yang pertama. Otorita Batam kita pertama namun tindak lanjut kita selalu terseok-seok," katanya.

Penyebabnya kata dia, sebagian besar adalah masalag pembebasan lahan. 

Oleh karena itu, Presiden berusaha untuk menyelesaikan hal-hal yang membuat pembangunan menjadi terhambat.

Ia juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa termasuk Papua agar semakin berdaya saing dan menekan biaya logistik.

"Bagaimana kita miliki daya saing kalau infrastruktur masih seperti ini. Makanya dibangun trans-Papua. Tidak hanya Jawa dan Sumatera yang butuh infrastruktur. Papua juga merupakan bagian dari NKRI," katanya.

Jokowi pada kesempatan yang sama menyampaikan penjelasan dan klarifikasinya mengenai isu dan fitnah mengenai dirinya di antaranya soal tuduhan antek asing dan PKI.

Di akhir sambutan ia berpesan agar masyarakat tetap menjaga persatuan, kesatuan, kerukunan, dan persaudaraan sebagai aset terbesar bangsa Indonesia.

Dalam kunjungan kerjanya ke Bengkulu, Presiden Jokowi didampingi sejumlah menteri dan pejabat di antaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Selain itu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menkominfo Rudiantara, dan Mendikbud Muhadjir Effendy.

Hadir pada kesempatan itu Ketua Umum Aisyiyah Siti Noordjannah DjohantiniKetua MPR RI Zukifli Hasan, dan keluarga besar Muhammadiyah dari seluruh Indonesia.

Baca juga: Presiden tiba di Bengkulu hadiri Tanwir Muhammadiyah

Baca juga: Di hadapan Jokowi, peserta Tanwir Muhammadiyah dilarang berfoto dengan aksi jari

T. H016
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019