Karena saya tidak punya harta untuk diberikan, jadi dengan donor darah ini, saya berharap bisa membantu sesama
Jakarta (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan penghargaan kepada sebanyak 840 pendonor darah sukarela yang telah mendonorkan darahnya lebih dari 100 kali.

"Kami memberikan penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial kepada 840 pendonor. Bahkan
di antara penerima penghargaan tersebut banyak yang melakukan donor lebih dari 100 kali," ujar Pelaksana Harian Ketua Umum PMI, Ginandjar Kartasasmita, di Jakarta, Jumat.

Pendonor yang meraih penghargaan itu berasal dari seluruh Tanah Air, yang terdiri dari 826 lelaki dan 14 perempuan. Pendonor dengan usia tertua berusia 75 tahun yaitu FX Sudaryanto dari DKI Jakarta. Pendonor darah termuda berusia 40 tahun yaitu Nico Samuel dari Banten. Sementara pendonor darah 100 kali termuda apheresis berusia 29 tahun yaitu Agung Satriyo dan pendonor darah terbanyak yakni sebanyak 143 kali yakni Syahroni.

Ginandjar mengatakan para pendonor darah ini dapat dikatakan sebagai pahlawan kemanusiaan.
"Setidaknya para pendonor ini sudah menyumbangkan paling sedikit 25 hingga 30 liter darah yang sudah diberikan kepada orang lain," jelas dia.

Selain mendapatkan penghargaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 26 Januari, para penerima penghargaan juga akan mendapatkan cenderamata berupa cincin emas. Cincin emas tersebut merupakan hasil kerja sama PMI dan PT Antam.

Berdasarkan data PMI, setidaknya terdapat 6.000 pendonor sukarela yang mendonorkan darahnya lebih dari 100 kali di seluruh Tanah Air.

Pendonor perempuan yang juga mendapatkan penghargaan, Eti Novianti, mengatakan dirinya sudah menjadi pendonor darah sejak berusia 18 tahun.

"Awalnya saya ikut Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah, jadi tahu apa pentingnya donor darah," kata Eti.

Pertama kali melakukan donor darah, Eti harus membolos dari sekolah karena pada saat itu PMI di Bogor hanya buka setengah hari. Ia rutin melakukan donor darah setiap tiga bulan sekali.

Menjadi pendonor perempuan, kata Eti, tidak mudah karena ada beberapa situasi yang mana tidak boleh melakukan donor seperti saat hamil, haid dan melahirkan. Meskipun demikian, dia tidak putus asa untuk terus melakukan donor darah.

"Karena saya tidak punya harta untuk diberikan, jadi dengan donor darah ini, saya berharap bisa membantu sesama," kata Eti lagi.

Baca juga: Mitos seputar donor darah, termasuk larangan bagi orang bertato
Baca juga: Selain keluarga, orang lain pun bisa jadi donor pasien kanker darah



 

Pewarta: Indriani
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019