Jika, tantangan ini tidak bisa dihadapi, maka di tahun 2020-2030, saat Indonesia mengalami bonus demografi, maka kita akan menghadapi bencana besar.
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengingatkan  praktisi manajemen sumberdaya manusia (MSDM) agar memberi perhatian khusus terhadap masalah transformasi industri, transformasi pekerjaan dan transformasi kemampuan.

"Ini merupakan tantangan yang harus dilalui dan diselesaikan. Saya meyakini praktisi sumber daya manusia termasuk orang-orang penting, harus terlibat dalam transformasi," ujar  Menaker saat menjadi keynote speaker acara Conference Chief of Human Resources Officer (CHRO) yang digelar Perhimpunan Sumber Daya Manusia Indonesia (PMSM Indonesia) di Jakarta, Selasa,

Ketiga transformasi di bidang ketenagakerjaan tersebut diyakini akan mempengaruhi seluruh pola hubungan di dalam bisnis/perusahaan di Indonesia.

Hanif mengatakan di era digitalisasi atau otomatisasi sekarang ini pola-pola hubungan kerja akan berubah, kepemilikan (perusahaan) akan berubah, dan cara pengembangan karir juga akan berbeda dengan masa lalu.

Hanif mencontohkan industri baru berbasis e-commerce seperti gojek, grab dan lainnya, hubungan kerjanya sulit untuk diverifikasi. ILO bahkan menyebutnya sebagai bentuk baru dari tenaga kerja.

 "Jadi mereka menyebut sebagai partner, mitra, tapi juga rasa-rasa pekerja. Mitra rasa pekerja. Pekerja rasa mitra, jadi ga jelas dan perlu pembahasan lebih lanjut," kata Hanif. 

Hanif mengatakan sangat banyak hal mengalami perubahan sebagai dampak perkembangan teknologi informasi massif dan cepat, yang akan mengubah semua hal tersebut. 

"Ini PR para praktisi MSDM untuk memastikan agar orang seperti saya punya masa depan. Kalau tak memiliki gagasan atau terobosan untuk mengelola dunia baru yang penuh perubahan ini, terus kita-kita ini bagaimana? Jangan sampai perubahan dunia ini membuat saya tak punya karir," kata dia.

Di Indonesia, kata Hanif, tantangan praktisi MSDM cukup besar yakni tak adanya karir terhadap 33 juta pekerja Indonesia, yang mengkhawatirkan adalah 33 juta pekerja Indonesia terjebak dalam posisi sama di level terbawah di sebuah industri. 

"Ini juga harus diberi perhatian. Ketika tak memiliki karir, maka masa depan generasi berikutnya akan bermasalah,  Jika, tantangan ini tidak bisa dihadapi, maka di tahun 2020-2030, saat Indonesia mengalami bonus demografi, maka kita akan menghadapi bencana besar, " ujar dia,

Hanif menambahkan pemerintah telah membuat tripple skilling (skilling, re-skilling dan upskilling) untuk memastikan agar warganegara memiliki ketrampilan dan atau kompetensi  sekaligus memiliki kemampuan mengupdate maupun mengubahnya dalam waktu tak terlalu lama. 

“Kita harus beri akses dan kesempatan masyarakat untuk merubah skillnya dengan cepat pula. Akses dan mutu people skilling saat ini sedang kita genjot di Kemnaker dan tempat-tempat latihan yang dimiliki pemerintah, “ kata dia.

Hanif menambahkan meski menghadapi banyak tantangan, praktisi MSDM juga diminta bersikap optimistis dan  berpikir positif. Karenanya, mari kita terus sambut perubahan ini dengan semangat positif dan penuh optimisme. 

“Revolusi industri memiliki dampak luar biasa. Tetapi, percayalah, pada akhirnya manusia akan mampu bertahan memghadapi perubahan yang cepat tersebut, “ ujar Hanif.*



Baca juga: Kemenperin terus perkuat SDM industri tekstil tingkat ekspor

Baca juga: SDM kompeten sokong industri otomotif berdaya saing


 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018