Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemristedikti Patdono Suwignjo mengatakan Kementeriannya siap memfasilitasi para peneliti untuk memasarkan inovasi hasil penelitiannya ke industri.

"Adanya keyakinan berlebihan dari peneliti bahwa kalau dia bisa hasilkan penelitian dengan readiness level sembilan, dia juga punya keyakinan bisa mengkomersilkannya. Itu adalah penyakit paling kronis di peneliti Indonesia," kata Patdono di Jakarta, Rabu.

Patdono menyarankan peneliti agar menyerahkan hilirisasi, baik berupa penerapan teknologi maupun pemasaran kepada pihak yang punya akses dan pengalaman, namun peneliti harus tetap mendapatkan royalti sembari mengembangkan produknya.

"Ini bukan pekerjaan yang (bisa) ditangani tim riset. Ini harus ada orang lain yang ahli di bidang itu," ujar dia.

Maka mereka perlu bekerja sama dengan industri. Sedangkan peneliti hanya perlu fokus meneliti untuk menyempurnakan produk baru, inovasi baru, lanjutnya.

"Tetapi, pekerjaan menghilirkan inovasi itu diserahkan kepada ahlinya," kata Patdono.

Patdono mengungkapkan pemerintah, melalui Kemristekdikti bertugas memastikan para peneliti tersebut dapat bertemu dengan industri yang sudah berpengalaman, sehingga para peneliti dapat memasarkan hasil penelitiannya sekaligus mendapatkan royalti yang sesuai.

"Seringkali orang perguruan tinggi atau peneliti itu tidak bisa mendapatkan partner-partner industri yang bisa menghilirkan produk penelitian. Untuk itu Dirjen Kelembagaan membuat kegiatan dalam rangka mempertemukan antara peneliti dengan industri, tidak hanya dalam negeri, juga luar negeri," lanjutnya.

Rencananya, Kemristedikti akan menggelar pameran hasil penelitian Pusat Unggulan Iptek (PUI) dari seluruh Indonesia di Jepang pada 2018, setelah sebelumnya pameran tersebut diselenggarakan di Eindhoven, Belanda, pada 2017.

Baca juga: Menristekdikti minta inovasi dokter Terawan tidak dimatikan

Baca juga: Menristekdikti minta Balitbangda berinovasi angkat potensi daerah

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018