... ini menjadi peluang besar kita...
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mendorong industri perawatan dan perbaikan pesawat atau Maintanance Repair and Overhaul (MRO) mendongkrak daya saingnya, mengingat Indonesia memiliki peluang yang besar di sektor ini.

“Seperti arahan Bapak Presiden Joko Widodo, industri perawatan pesawat ini sangat penting. Harusnya Indonesia punya daya saing tinggi dan ini menjadi peluang besar kita, dengan banyak jumlah bandara. Karena, kalau ada pesawat dari luar negeri yang rusak, bisa dirawat pekerja kita,” kata dia, melalui keterangannya di Jakarta, Senin.

Dia menyampaikan hal itu saat melihat secara langsung industri perawatan dan perbaikan pesawat (MRO) milik Lion Group, yakni Batam Aero Technic (BAT) di area Bandara Internasional Hang Nadim, Batam.

Berdiri di atas lahan seluas 28 Hektare, selain menjadi bengkel untuk pemeliharaan dan perawatan pesawat, BAT juga memiliki fasilitas uji pesawat terbang.

Airlangga mengatakan, pemerintah sedang mendorong tumbuhnya industri MRO di Indonesia. Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan sektor ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandara di dalam negeri.

Dia menambahkan, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami  pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.

“Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar delapan persen dan Indonesia negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India,” paparnya.

Ke depan, bisnis industri MRO ini juga cukup menjanjikan seiring meningkatnya sektor pariwisata dan perekonomian di Tanah Air. Selain itu, kehadiran industri perawatan pesawat bisa menurunkan biaya dari industri penerbangan, salah satunya biaya impor komponen pesawat.

Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait, menyampaikan, mereka sedang fokus menjalankan masterplan bisnis MRO termasuk pengembangan sumber daya manusia di BAT. Sejak beroperasi pada 2014, dari lima tahap pengembangan BAT, perusahaan sudah merampungkan satu tahap.

“Tahap pertama sudah difungsikan empat Hektare, dan untuk tahap kedua adalah tiga Hektare. Pada tahap kedua akan dibangun hanggar untuk pengecatan pesawat terbang sebanyak dua unit, bengkel, dan gudang suku cadang,” ujarnya. 

Dengan area yang telah terbangun seluas empat Hektare, saat ini hangar sudah bisa menampung 12 pesawat badan ramping atau empat pesawat terbang badan lebar secara simultan.

Lion Group menargetkan, perluasan fasilitas BAT hingga tahap ketiga akan rampung pada tahun 2019 dengan kemampuan memperbaiki sebanyak 38 pesawat sekaligus. 

“Tahap kelima akan selesai pada tahun 2022. Jumlah pekerjanya kalau sudah tiga shift kurang lebih 10.000 orang,” kata Sirait.

Selain itu, perusahaan sudah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kota Batam untuk membangun politeknik aviasi. 
“Total nilai investasi pengembangan BAT ini diperkirakan mencapai Rp8-9 triliun,” ucap dia. 

Alasan Lion Group memperluas fasilitas MRO adalah untuk menangani sekitar 250 unit pesawat terbang yang dimilikinya. Apalagi, Lion berencana mendatangkan sekitar 700 unit pesawat berbagai jenis, seperti pesawat ATR, Boeing, dan Airbus untuk melayani rute domestik maupun internasional. 

“Adanya fasilitas pengetesan pesawat, membuat MRO milik Lion Group menjadi yang tercanggih dan satu-satunya di Asia,” katanya.

Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018