Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen. Hal ini didukung oleh solidnya indikator sektor jasa keuangan baik dari sisi pemodalan dan likuiditas, maupun tingkat risiko yang ter
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Pacific Place Hotel Ritz Carlton Jakarta, Kamis malam.

Presiden Jokowi yang mengenakan kemeja batik tiba di Pertemuan Tahunan yang mengambil tema Memacu Pertumbuhan itu sekitar pukul 19.30 WIB.

Tampak hadir dalam pertemuan itu antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan para pelaku industri jasa keuangan.

Sementara itu Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan OJK memiliki komitmen tinggi untuk meningkatkan peran sektor jasa keuangan dalam memacu pertumbuhan dengan tetap menjaga kesinambungan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

Wimboh mengatakan saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif.

"Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen. Hal ini didukung oleh solidnya indikator sektor jasa keuangan baik dari sisi pemodalan dan likuiditas, maupun tingkat risiko yang terkendali," katanya.

Permodalan lembaga jasa keuangan terpantau kuat sampai Desember 2017, seperti CAR perbankan sebesar 23,36 persen. Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan asuransi jiwa juga berada di level tinggi, yaitu 310 persen dan 492 persen.

Gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,97 kali, jauh di bawah threshold sebesar 10 kali. Kuatnya permodalan perbankan ini juga diikuti dengan likuiditas yang memadai.

Pada Desember 2017, rasio Alat Likuid per Non-Core Deposit (AL/NCD) perbankan tercatat sebesar 90,48 persen, di atas threshold sebesar 50 persen. Sementara excess reserve perbankan tercatat di kisaran Rp626 triliun.

Kondisi itu didukung tingkat risiko kredit yang terkendali dengan rasio NPL 2,59 persen gross (1,11 persen net), dengan tren yang menurun. Rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga mengalami penurunan menjadi 2,96 persen.

Intermediasi lembaga jasa keuangan juga mengalami pertumbuhan sejalan kinerja perekonomian domestik. Kredit perbankan sampai Desember 2017 tercatat sebesar Rp4.782 triliun atau tumbuh sebesar 8,35 persen yoy.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat sebesar Rp5.289 triliun atau tumbuh 9,35 persen yoy. Pertumbuhan intermediasi perbankan juga diikuti dengan tren penurunan suku bunga. Sepanjang tahun 2017, suku bunga deposito turun sebesar 65 bps, dan suku bunga kredit turun sebesar 77 bps.

Selain itu, piutang pembiayaan yang disalurkan perusahaan pembiayaan sebesar Rp415 triliun atau tumbuh 7,05 persen yoy. Pendapatan premi industri asuransi jiwa dan perusahaan asuransi umum masing-masing sebesar Rp167 trilun dan Rp70 triliun, atau tumbuh masing-masing sebesar 35,10 persen dan 6,52 persen.

Kuatnya tingkat permodalan, ketersediaan likuiditas yang memadai, serta terkendalinya tingkat risiko memberikan landasan yang kuat bagi sektor jasa keuangan untuk lebih proaktif dalam menyediakan sumber pendanaan untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian domestik.

Berdasarkan capaian tersebut dan dengan target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen yang ditetapkan Pemerintah di tahun 2018, OJK memperkirakan kredit dan Dana Pihak Ketiga perbankan berpotensi untuk tumbuh di kisaran 10-12 persen.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018