Tugas kita yang penting saat ini adalah mempertinggi peradaban politik di Indonesia."
Jakarta (ANTARA News) - Rakyat dalam kegiatan pesta demokrasi lima tahunan baik itu Pilkada, Pemilu Legislatif ataupun Pemilihan Presiden perlu dirasionalkan dalam menggunakan hak pilihnya dan bertanggungjawab pada pilihannya.

Hal tersebut dikatakan Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husodo dalam acara Sarasehan Nasional Pusat Studi Pancasila Seluruh Indonesia di Universitas Pancasila Jakarta, Rabu.

Siswono yang memaparkan Orasi Kebangsaan dengan tema `Urgensi Mempertinggi Perdaban Politik Indonesia` mengatakan kegiatan Pilkada serentak 2018, pemilu legislatif dan presiden 2019 merupakan peluang bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang benar-benar mempunyai gagasan untuk memajukan bangsa sesuai sistem demokrasi yang kita anut.

Dalam negara demokrasi pernanan parpol amat besar dalam mewarnai perjalanan negara. Bila parpolnya sehat sehat pula kegiatan politik negaranya. Kegiatan politik yang sehat akan menambah energi sosial ekonomi masyarakat dan negara.

"Tugas kita yang penting saat ini adalah mempertinggi peradaban politik di Indonesia," ujarnya.

Dalam kenyataannya saat ini kata Siswono yang diukur dari beberapa fungsi partai seperti rekrutmen kader untuk mengisi jabatan politik yang prosesnya ditengarai tidak sehat, bercitra nepotisme, ada mahar dan transaksional.

Selain itu artikulasi politik yang kurang mampu menyerap aspirasi rakyat dan juga fungsi pengawasan pengelolaan negara melalui fraksi-fraksi di DPR RI digunakan untuk maksud-maksud lain seperti menyerang lembaga lain.

Lebih lanjut Siswono mengatakan dinamika politik saat ini berbeda dengan situasi 20 tahun silam. Untuk menjadi pemimpin negara, ormas, parpol, dan semua jenis kepemimpinan tidaklah mudah diera baru tersebut.

"Dengan kemudahan arus informasi melalui sosmed yang campur aduk antara anjuran, pembinaan, nasehat baik dan hoax, agitasi dan fitnah sering menimbulkan yang luas di masyarakat," katanya.

Dikatakannya, Herman Goering ahli propaganda Nazi mengatakan bila berita bohong terus menerus disiarkan maka orang akan menerima dengan kebenaran. Waktu Goering mengatakan hal tersebut belum ada sosmed seperti sekarang ini.

"Dalam dunia sosmed orang baik bisa terkesan buruk oleh informasi yang menyesatkan begitu juga sebaliknya. Sangat berbeda dengan suasana 20-30 tahun yang lalu," jelasnya.

Ia mengatakan sosmed juga telah menjadi alat mobilisasi massa dengan cepat merubah keyakinan orang. Seperti yang terjadi di Arab Spring yang menumbangkan banyak rezim di Timur Tengah seperti Khadafi di Lybia, dan Hosni Mubarak di Mesir serta kekacauan di Syria dan Irak yang dimobilisasi gerakan rakyat melalui sosmed.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017