Rakya Mesir bersatu dalam satu wadah untuk menghadapi aksi teror hitam sampai itu dihapuskan."
Kairo (ANTARA News) - Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi dalam pernyataan melalui televisi pada Ahad malam (9/4) mengumumkan keadaan darurat tiga-bulan pasca-ledakan bom mematikan di dua gereja.

Pengumuman itu dikeluarkan Presiden As-Sisi beberapa jam setelah dua ledakan mematikan di Mesir Utara, yang menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai lebih dari 120 orang lagi, kebanyakan pengikut Koptik.

Serangan bom tersebut terjadi di Gereja Mar Girgis di Kota Tanta di Provinsi Gharbiya, sehingga menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai 78 orang.

Kemudian, seseorang melakukan pemboman bunuh diri di Gereja Saint Mark, Kota Iskandariyah, yang menewaskan 17 orang dan melukai 48 orang, demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Mesir, layaknya dikutip kantor berita Xinhua China.

Pada Ahad malam, kelompok ISIS melalui jejaring berita Amaq mengaku bertanggung-jawab atas kedua pemboman itu.

As-Sisi di dalam satu pernyataan menyampaikan pengutukan paling kerasnya dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Ia juga mengumumkan tiga-hari berkabung bagi korban.

"Aksi teror ini ditujukan kepada negara bersama warganya, pemeluk Koptik dan orang Muslim, yang tidakk akan pernah menghancurkan tekad rakyat Mesir sekaligus keinginan sejati mereka untuk melawan kekuatan jahat," katanya menambahkan.

Sementara itu, Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail mencela "aksi rendah pelaku teror yang ditujukan kepada keamanan rakyat Mesir dan kestabilan negara".

Ia kembali meyakinkan bahwa pemerintah akan memberi semua dukungan yang diperlukan buat korban dan keluarga mereka.

Secara terpisah, Paus Tawadros II selaku pemimpin Gereja Ortodok Mesir, yang berada di gereja saat diserang, memperlihatkan pengertian pada upaya anti-teror negara.

"Rakya Mesir bersatu dalam satu wadah untuk menghadapi aksi teror hitam sampai itu dihapuskan," kata Paust.

Universitas Al-Azhar, yang berpusat di Kairo dan merupakan lembaga pengajaran Islam tertinggi di Mesir serta Dunia Muslim Sunni, mencap ledakan itu sebagai kejahatan mengerikan terhadap semua warga Mesir.

Adapun Kementerian Luar Negeri Mesir secara keras mengutuk kedua ledakan di Mesir tersebut, kata Press TV.

"Perbuatan jahat semacam itu direncanakan dan dilakukan guna menghasut pergolakan sektarian dan menciptakan ketakutan serta perpecahan di kalangan pengikut agama langit," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi.

Di Uni Emirat Arab, Menteri Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sheikh Abdullah bin Zayed An-Nahyan dengan keras juga mengutuk serangan teror tersebut.

Ia mengatakan negara Arab itu "mendukung negara bersaudara tersebut dalam menghadapi aksi kejam dan jahat ini".

Raja Jordania Abdullah II dan Presiden Lebanon Michel Aoun mengirim pesan kepada As-Sisi untuk mengutuk serangan itu dan menyampaikan solidaritas negara mereka kepada Mesir.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017