Dhaka (ANTARA News) - Istri seorang polisi, yang dikenal aktif memerangi pegaris keras Islamis, ditembak hingga tewas di Bangladesh tenggara pada Minggu.

Kepolisian menduga serangan itu merupakan yang terbaru yang dilancarkan oleh para kelompok militan di Bangladesh, negara Asia Selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Tiga penyerang dengan mengendarai sebuah motor menusuk dan kemudian menembak Mahmuda Aktar (33 tahun) ketika korban berada dalam perjalanan pulang setelah mengantar putranya naik ke bus sekolah di kota pelabuhan Chittagong, kata Humayan Kabir, wakil komisioner polisi Chittagong.

Suami korban, superintenden Babul Aktar, telah memainkan peranan penting dalam menangkapi tokoh-tokoh garis keras di Bangladesh tenggara. Kabir mengatakan pembunuhan itu kemungkinan berkaitan dengan kelompok garis keras.

Para milisi Islamis di Bangladesh telah melancarkan serangkaian pembunuhan sejak awal tahun. Penulis blog liberal, akademisi, dan penganut agama minoritas termasuk kalangan masyarakat yang menjadi korban mereka.

Babul Aktar, yang baru-baru ini ditempatkan di markas besar kepolisian di ibu kota negara, Dhaka, beberapa kali menjebol persembunyian kelompok terlarang Jamaat-ul-Mujahideen, yang belakangan ini kerap melancarkan kekerasan.

Timnya juga menahan salah satu pemimpin kelompok, yang kemudian terbunuh karena ledakan granat dalam penyergapan oleh polisi pada Oktober.

Pemerintah telah melancarkan upaya membasmi kelompok-kelompok militan Islamis yang ingin menerapkan hukum Islam keras di Bangladesh, negara yang sebagian besar dari 160 juta penduduknya adalah Muslim moderat.

Setidaknya sudah 28 orang tewas dalam serangan-serangan, yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok garis keras sejak Februari tahun lalu.

Kelompok ISIS atau Al Qaida telah menyatakan bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan namun pemerintah membantah tentang keberadaan kelompok-kelompok itu di Bangladesh. Pemerintah mengatakan kalangan garis keras dari dalam negeri merupakan pihak yang bertanggung jawab.

Menteri Negara urusan Luar Negeri Shahriar Alam mengatakan dalam wawancara dengan Reuters akhir bulan lalu bahwa ISIS berupaya menggalang radikalisasi agama dengan pura-pura menyatakan bertanggung jawab atas aksi-aksi pembunuhan. Menlu mengatakan ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa aksi-aksi tersebut sebenarnya dilakukan oleh kelompok-kelompok militan dalam negeri.

Juga pada Minggu, seorang pria Kristen pelaku bisnis dibunuh di distrik utara, Natore, kata pejabat kepolisian Manirul Islam. Belum jelas siapa yang melakukan serangan itu, katanya.
(Uu.T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016