Banyak peran dari warga di sekitar situs rock art dalam proses survei
Jakarta (ANTARA) - Peneliti arkeologi Badan Riset dan inovasi Nasional (BRIN) dan tim menemukan lukisan figuratif tertua di dunia, yang diperkirakan berusia 45.500 tahun.

"Sampel yang diambil pada lukisan tersebut dibawa ke lab, dan setelah dianalisis dengan metode uranium series, keluar umur 45.500 tahun yang lalu," kata peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN Adhi Agus Oktaviana saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Lukisan di dinding gua bergambar babi hutan tersebut ditemukan di Gua Leang Tedongnge, Maros, Sulawesi Selatan pada Desember 2017.

Tim peneliti terdiri dari Adhi Agus Oktaviana dan Budianto Hakim yang merupakan peneliti Pusat Riset Arkeometri BRIN, serta Pindi Setiawan, Basran Burhan, dan Rustan LP Santari yang merupakan kalangan akademisi dan praktisi cagar budaya.

Tim peneliti arkeologi juga menemukan seni lukisan di situs lainnya yang berada di Leang Bulu Sipong, Sulawesi. Lukisan tersebut berusia antara 35.100 tahun hingga 43.900 tahun.


Baca juga: Arkeolog BRIN temukan stuktur bata kuno di kawasan museum Palembang

Baca juga: Arkeolog temukan arca struktur bata kuno di Situs Gondang Trenggalek


Adhi menuturkan di situs tersebut, terdapat figur Therianthropy, yakni gambar setengah manusia dan setengah binatang. Lukisan itu juga menggambarkan kegiatan perburuan tertua di dunia.

Atas rentetan temuan aneka lukisan figuratif tertua di dunia di gua purba Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan, tim peneliti tersebut meraih Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XVIII 2022 dalam kategori Sains.

Ia mengatakan riset tersebut merupakan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak, yakni Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Makassar yang sekarang bergabung dengan BRIN, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan serta dosen dan mahasiswa di Universitas Hasanuddin dan Unhalu (Universitas Halu Oleo) Kendari.

"Selain itu, juga banyak peran dari warga di sekitar situs rock art dalam proses survei dan penelitian," ujar Adhi.

Sementara Rustan LP Santari menuturkan orang-orang zaman purba diduga telah membuat lukisan tersebut dengan cara melukis dengan menggunakan kuas yang bisa saja di masa itu dibuat dari bahan akar-akaran atau ranting-ranting yang dimodifikasi.

"Cara yang kedua, khususnya untuk lukisan gambar tangan adalah dengan cara meletakkan tangan di dinding gua kemudian di beri pewarna," ujar Rustan.

Sedangkan Budianto Hakim mengatakan rentetan penemuan yang dimulai dari 2014 hingga sekarang menjelaskan bahwa leluhur di Nusantara lebih menonjol dibanding leluhur bangsa Eropa.

"Ini memperkuat pondasi ataupun konstruksi identitas kebangsaan kita," tuturnya.

Selain kategori Sains, PAB XVIII 2022 juga memberikan penghargaan pada empat kategori lainnya, yaitu Sastra, Pemikiran Sosial, Kedokteran, dan Ilmuwan Internasional Berjasa untuk Indonesia.

Baca juga: DNA kerangka manusia purba modern berusia 7.200 tahun diteliti

Baca juga: Bupati Indramayu minta tim arkeolog segera ungkap sejarah Sambimaya

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022