Media mampu memengaruhi perilaku
Depok (ANTARA) - Dosen Magister Manajemen Bencana Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana periode 2019-2021, Doni Monardo menyampaikan bahwa konsep penanganan bencana 'satu komando' lebih efektif dan tepat guna.

"Jika tidak, maka akan sulit untuk membuat masing-masing bagian menjadi suatu instrumen yang terintegrasi," kata Doni Monardo dalam keterangannya, Sabtu.

Ia memberi contoh pada bantuan logistik yang harus segera sampai ke tangan para korban, apapun dan bagaimanapun caranya.

"Apabila, ada bahan makanan menumpuk di gudang artinya ada korban yang kelaparan dan belum mendapat bantuan. Satu pos komando juga memudahkan kendali operasional termasuk mendistribusikan para relawan ke sasaran sesuai kualifikasi yang dibutuhkan," ujarnya dalam webinar bertajuk “Human Capacity Building in Disaster Awareness & Preparedness” yang diselenggarakan oleh klaster riset manajemen bencana SIL UI.

Baca juga: Doni Monardo berpesan penanggulangan bencana tetap prioritas BNPB

Baca juga: Doni Monardo ajak masyarakat tingkatkan budaya sadar bencana


Menurut Doni, Indonesia adalah negara laboratorium bencana karena semua jenis bencana --baik alam maupun non alam-- ada di Indonesia. Ia memaparkan, bencana alam dibagi menjadi empat klaster.

Pertama, ancaman geologi dan vulkanologi yang terdiri dari letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, likuifaksi, dan land subsidence. Kedua, hidrometeorologi I yang terdiri dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan.

Ketiga, hidrometeorologi II yang terdiri dari banjir, banjir bandang, longsor, abrasi pantai, gelombang ekstrim, dan angin puting beliung. Terakhir, bencana non alam yang terdiri dari limbah, penyakit endemik, dan gagal teknologi.

Virus COVID-19 yang menyebar dari kota Wuhan di China pada akhir 2019, telah mendorong pemerintah Indonesia membentuk Gugus Tugas guna mempercepat penanganan COVID-19.
​​​​
Dia mengatakan dalam penanganan COVID-19 terdapat tiga musuh yaitu, pemberitaan yang negatif atau kabar bohong (hoaks), ego sektoral atau lemahnya koordinasi lintas-sektoral, dan virus COVID-19.

“Untuk mengubah perilaku ini, agar masyarakat bisa menyadari bahwa COVID ​​​-19 ini adalah jenis pandemi yang sangat membahayakan, terutama untuk mereka yang lansia.  Kita dapat memanfaatkan media karena data-data yang dikumpulkan dalam sejumlah lembaga, 80 persen kesuksesan penanganan COVID-19 ini termasuk bencana ada di media," kata Doni.

"Media mampu memengaruhi perilaku, mampu memberikan literasi pada masyarakat, dan apa yang kami lakukan yaitu menyelenggarakan sejumlah kerja sama dengan beberapa pihak agar strategi komunikasi publik ini betul-betul efektif. Kemudian, menyelenggarakan pertemuan dengan pemilik media dan pemimpin redaksi, ” katanya.

Di akhir paparannya, Doni mengatakan strategi dalam penanganan bencana tidak akan paripurna jika tidak didukung kolaborasi pentahelix yaitu terjalinnya kerja sama antara pemerintah pusat atau daerah, unsur masyarakat, akademisi, pengusaha, dan media. Selain itu, mitigasi juga menjadi hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kemampuan serta ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Baca juga: Pentingnya kearifan lokal untuk mitigasi bencana

Baca juga: BNPB: Pendataan penting dalam perumusan strategi membangun resiliensi


 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022