lima vaksin yang bisa digunakan sebagai booster oleh BPOM, di antaranya Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Pfizer dan Zivifax yang sudah mendapatkan izin penggunaan dalam kondisi darurat (EUA).
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menekankan bahwa masyarakat tak bisa memilih jenis merek vaksin yang akan digunakan sebagai vaksin booster selanjutnya.

“Sebenarnya sudah ada panduannya, jadi kita tidak bisa memilih merek-merek vaksin. Sudah ada aturannya dari badan pemerintah ataupun para ahli, yang sudah melakukan penelitian terkait dari jenis terkait dari dosisnya,” kata Reisa dalam Siaran Sehat bertajuk "Vaksinasi Booster dan Waspada Omicron" yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Reisa menyebutkan terdapat lima vaksin yang bisa digunakan sebagai booster oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Di antaranya Sinovac, AstraZeneca, Moderna, Pfizer dan Zivifax yang sudah mendapatkan izin penggunaan dalam kondisi darurat (EUA).

Di mana dari setiap jenis sudah diatur berdasarkan hasil penelitian BPOM dan para ahli berdasarkan dosis dari vaksin masing-masing, sehingga masyarakat tidak bisa memilih tiap jenisnya.

Pemberian vaksin booster itu akan dibedakan menjadi dua macam, yakni homolog dan heterolog. Dalam hal ini, secara homolog, vaksin yang diberikan sama dengan vaksin primer atau dosis pertama dan kedua seseorang.

Sedangkan pada heterolog, vaksin booster diberikan secara berbeda dengan vaksin primernya. Dia memberikan contoh, bila seseorang memiliki riwayat vaksin primer menggunakan Sinovac, maka homolog yang disarankan dapat menggunakan Sinovac kembali dalam dosis lengkap atau berupa heterolog, dengan menggunakan Pfizer dalam setengah dosis maupun AstraZeneca setengah dosis.

Lebih lanjut dia menerangkan beragam jenis vaksin booster yang tersedia dapat berubah sewaktu-waktu, karena disesuaikan dengan stok yang ada pada kondisi terkini.

“Jadi memang tergantung ketersediaan berdasarkan stok. Tetapi nanti kalau berubah lagi, ternyata bulan depan atau dua bulan lagi yang tersedia yang banyak di masyarakat itu berbeda, tidak apa-apa. Yang penting ikuti panduan yang sudah disetujui oleh panduan BPOM,” kata dia.

Ia menegaskan, sebaiknya masyarakat tidak mengulur waktu atau menunggu sebuah jenis vaksin yang ada agar anti bodi yang habis, dapat segera terbentuk kembali.

Oleh sebab itu, diharapkan semua pihak dapat segera melengkapi dosis vaksinnya atau pergi ke fasilitas kesehatan terdekat bila sudah mendapatkan E-ticket untuk booster.

Reisa juga meminta agar masyarakat mengajak dan menemani anak-anak usia 6-11 tahun ke atas, untuk segera mendapatkan vaksin COVID-19. Hal itu bertujuan agar anak dapat menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan lebih terlindungi dan percaya diri.

“Ini penting sekali untuk dilakukan karena ini upaya kita bersama, agar Indonesia bisa keluar dari pandemi COVID-19. Yang belum vaksin ayo segera di vaksin dan termasuk bagi yang sudah bisa mendapatkan vaksinasi lanjutan sesuai kriteria ingat 18 tahun ke atas untuk boosternya,” ucap dia.
Baca juga: Reisa tegaskan vaksin booster tak akan buat masyarakat overdosis
Baca juga: BPOM beri persetujuan enam jenis booster vaksin COVID-19
Baca juga: Ilmuwan: Butuh riset lanjutan buat strategi pemberian booster tepat


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022