Tubuhnya kotor kena debu dan abunya yang masih panas
Lumajang (ANTARA) - "Manis....manis....." ucap salah seorang warga Dusun Kebondeli Utara, Kecamatan Candipuro sembari tangannya melambai memanggil kucing putih dari balik pohon-pohon salak.

Kucing itu kemudian mendekat, seolah mengerti bahwa namanya adalah "Manis" dan mengarah ke sumber suara.

"Namanya memang 'manis' mas, sama seperti kucingnya yang juga manis," ujar ibu-ibu itu sambil mengelus-elus tubuh si manis.

Meski baru terjadi awan panas guguran ditambah hujan abu vulkanik yang membuat jalan, atap rumah hingga pepohonan berubah warna, namun si manis masih benar-benar terlihat manis.

Bulunya yang putih, kulit yang lebat dengan ekor khas angora agak panjang, ditambah matanya yang kuning bening membuat siapapun yang melihat dijamin ingin memilikinya.

"Ini sudah kena debu Semeru mas. Kalau sebelum awan panas kemarin, kucing ini malah putih, bersih dan banyak yang naksir," kata ibu-ibu paroh baya tersebut.

Si manis, merupakan satu di antara beberapa hewan peliharaan yang selamat saat peristiwa peningkatan aktivitas Semeru pada Sabtu (4/12).

Di lingkungannya, si manis tidak sendiri, sebab beberapa hewan lainnya masih ada yang hidup dan selamat. Namun, tidak sedikit juga binatang-binatang kesayangan mati akibat terkena awan panas.

Seperti seekor burung perkutut yang mati di dalam sangkarnya di pemukiman kawasan Kampung Renteng, Kecamatan Candipuro.

Bangkai burung nahas itu terkulai di alas sangkar yang terbuat dari potongan-potongan bambu. Penuh debu dan tubuhnya mengerut akibat panasnya abu.

Rumah sang pemeliharanya juga demikian. Hanya tinggal terlihat atap dan belum diketahui nasib sang empunya rumah dan burung perkutut tersebut.

Perhatian tentang hewan pelihaaraan juga terlihat di salah satu rumah di kawasan Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh.

Di situ ada kucing kampung yang kakinya terikat dan dimasukkan kandang. Awalnya tidak ada yang menyangka ada kucing di dalam kandang, namun suara yang terus mengeong membuat tiga pemuda di sana mencari awal sumber suara.

"Kasihan kucing ini kemarin terdampak awan panas guguran. Dia selamat mungkin karena di dalam kandang. Tapi kakinya terikat dan tidak tahu ini siapa pemiliknya," kata seorang remaja perempuan yang saat itu menolong dan membuka ikatan kucing.

"Saya ini punya kucing mas di rumah dan pecinta kucing. Kasihan dia kepanasan mungkin. Tubuhnya kotor kena debu dan abunya yang masih panas," tambah perempuan yang tidak mau disebut namanya tersebut.

Selama beberapa hari Tim SAR gabungan beserta relawan berbagai elemen melakukan proses evakuasi, ternyata masih banyak ditemukan hewan-hewan peliharaan yang masih hidup. Mereka terjebak di dalam rumah.

Viral juga di media sosial, bagaimana seekor bebek yang kakinya terjerembab abu vulkanik dan masih hidup hingga petugas berhasil menyelamatkan nyawanya.

Ada juga di video-video lain yang memperlihatkan seekor kucing putih masih hidup berlindung di balik pepohonan yang tumbang.

Yang menjadi perhatian warganet juga unggahan di instagram pribadi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, @khofifah.ip, saat seorang relawan memeluk ikan mas berukuran jumbo yang selamat dari awan panas.

"Ikan mas ini berhasil selamat dari awan panas guguran (APG) Gunung Semeru, Sabtu (4/12). Padahal, rumah-rumah di Kampung Renteng, Lumajang, tempat ikan mas ini diketemukan, semuanya hampir tertutup abu vulkanik," tulis Khofifah.

Tak hanya hewan peliharaan, hewan ternak milik warga setempat juga memiliki nasib berbeda. Ada yang masih bertahan di tengah terjangan awan panas, ada yang sempat dievakuasi si empunya hewan, tapi ada juga yang mati di lokasi kejadian.

Tidak jauh dari matinya burung perkutut di Kampung Renteng, ada empat ekor kambing yang tak berhenti mengembik di dekat kandangnya yang terletak persis di halaman rumah.

Sepertinya sang empunya rumah pergi menyelamatkan diri dan belum sempat mengevakuasi hewan-hewan ternaknya. Apalagi rumahnya sudah dipenuhi debu bercampur lumpur.

Masih di Kampung Renteng, di salah satu titik di dekat kandang belakang rumah warga terendam, terdapat seekor bangkai sapi yang mati dengan kondisi memprihatinkan.

Badannya penuh dengan debu dan terdapat beberapa luka bakar di beberapa bagian tubuh sapi.


Baca juga: Puluhan dokter hewan layani pemeriksaan ternak korban APG Semeru

Baca juga: Pramuka Jatim bantu pakan ternak dan dokter hewan di Semeru
 
Seekor burung perkutut mati di dalam sangkar milik warga di Kampung Renteng, Kecamatan Candipuro, Lumajang, akibat dampak dari peningkatan aktivitas Gunung Semeru yang mengeluarkan awan panas guguran. (ANTARA/Fiqih Arfani)

Evakuasi hewan ternak

Di Candipuro, sebagian mata pencaharian warga setempat adalah berternak, baik sapi, kambing maupun ayam. Saat awan panas guguran Semeru terjadi, masyarakat tak hanya berusaha menyelematkan dirinya, tapi juga hewan ternak.

Ada yang melepas ikatan dan menariknya menjauh, tapi ada juga yang sengaja membiarkan di dalam kandang, namun setelah situasi tenang kemudian diambil dan dievakuasi.

"Saya punya sapi cuma satu ekor, tapi saat kejadian saya biarkan di kandang. Setelah tenang, baru saya kembali ke rumah dan mengevakuasi sapi," kata Ngatiran, salah seorang warga Desa Sumberwuluh.

Pria yang juga petani buah salak itu mengaku lebih tenang membawa sapi miliknya dan menitipkan ke kandang kerabatnya yang dirasa aman dari abu vulkanik.

Terkait makanan ternak, ia mengaku mendapat bantuan dari posko yang khusus membagikan rumput atau pakan ternak.

"Di depan ada posko yang membagikan rumput, jadi setiap pagi ke sana," ucapnya.
Seekor kucing bernama 'manis' milik warga Kebondeli Utara, Candipuro, Lumajang, yang selamat dari abu vulkanik akibat dampak dari peningkatan aktivitas Gunung Semeru. (ANTARA/Fiqih Arfani)


Baca juga: Peternak jual ayam petelur dampak letusan Gunung Semeru

Baca juga: Pemkab Lumajang siapkan pakan ternak hewan terdampak APG Semeru


Posko pakan ternak 24 jam

Di Jalan Candipuro, tepatnya di kediaman Arifin yang berlokasi hanya sekitar 50 meter dari Balai Desa Sumberwuluh, terdapat Posko Tanggap Darurat Penyelamatan Ternak Semeru.

Posko tersebut didirikan kerja sama Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur serta Kementerian Pertanian RI.

"Posko tersebut khusus untuk penanganan ternak. Lalu juga untuk mempermudah koordinasi dan penyaluran bantuan," tutur Koordinator Posko, drh Endra Novianto.

Ia menjelaskan bahwa masyarakat yang memiliki ternak bisa mendapat pakan hewan secara gratis. Tak ada syarat khusus, hanya menulis nama peternak dan jumlah hewan yang dimiliki.

Khusus di Desa Sumberwuluh, total terdapat kurang lebih 302 ekor sapi dan sebanyak 476 ekor kambing.

Di posko tersebut juga menampung donasi pakan hingga obat-obatan untuk hewan dari berbagai pihak.

Totak ada tiga posko di tiga wilayah khusus untuk pakan hewan ternak. Bagi warga Sumberwuluh terletak di dekat balai desa, lalu bagi warga Pronojiwo ada di depan Balai Desa Supiturang, serta khusus warga Sumber Mujur dan sekitarnya ada di Sekretariat Kelompok Kalijambe.

"Hingga hari ini sudah terdapat 65 ton pakan utk suplai ternak," tutur dokter hewan asal Dinas Pertanian Lumajang Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan itu.

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menaruh perhatian serius terhadap nasib hewan-hewan ternak di wilayah terdampak Semeru.

Pemprov Jatim, kata dia, sudah menyalurkan hijauan pakan ternak meliputi, tebon jagung, sorgum dan silase sebanyak 50 ton atau delapan truk.

Kemudian, obat-obatan sebanyak 240 botol dan penyaluran tenaga medis sebanyak 50 orang.

"Khusus penyaluran tenaga medis yang sudah siap tersebar di dua titik, yakni Candipuro dan ada sebagian yang berada di Pronojiwo," kata suami Arumi Bachsin itu.

Dari hasil peninjauan, orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut mengaku bahwa penyaluran pakan ternak sudah berjalan baik dan optimal.

Baca juga: Warga Ngantang bantu pencarian harta benda korban letusan Semeru

Baca juga: Terdampak Semeru, petani cabai Desa Supiturang Lumajang percepat panen

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021