Aspek musikalitas pada karawitan Jawa mampu mempengaruhi perasaan
Bantul (ANTARA) - Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (FSP ISI) Yogyakarta, akan menyelenggarakan International Jogjakarta Karawitan Festival 2021 (Jogjakarfest) secara virtual pada 10 dan 11 Desember dengan tema 'Re-Actualizing the BeautySound of Karawitan in The Pandemic Era'.

"Event ini terdiri dari dua agenda utama yaitu Festival Karawitan Internasional dalam bentuk Pertunjukan Virtual dan Internasional Webinar," kata Ketua Panitia dan Pimpinan Produksi Jogjakarfest 2021 Setya Rahdiyatmi dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pertunjukan virtual yang ditayangkan secara live streaming di Youtube Channel ISI Yogyakarta Official pada 10-11 Desember 2021 mulai pukul 19.00 WIB itu akan menampilkan 27 gending atau karya seni karawitan dari berbagai grup atau kelompok dari berbagai daerah dan negara.

Pendukung dalam negeri pada Festival Karawitan Internasional antara lain KHP Kridhamardhawa Keraton, Ngayogyakarta Hadiningrat, Pura Pakualaman, Akademi Seni dan Budaya Yogyakarta, UKM Pepalit Mahadewa (Universitas PGRI Mahadewa IndonesiaBali), HMJ Karawitan ISI Yogyakarta, Biramanata (Bandung), Macakal (SMKN 10 Bandung), Gamelan Sawunggaling - Universitas Negeri Surabaya, Waruga Sora (SMKN 10 Bandung), Trusto dan Omah Gamelan (Yogyakarta).

Selanjutnya, Suhardjono (ISI Yogyakarta), Teguh (ISI Yogyakarta), Raharja (Nuansa Nada-Yogyakarta), Sanggar Seni Panji Asmara, Karawitan Yoga Kemuning Manunggal Budaya, Puspadenta, Wiragawi Ensemble (Yayasan Prabu Siwi), Karawitan Kemuning Manunggal Budaya, Paguyuban Purba Laras (Agus Suseno - Yogyakarta), Sanggar Seni Wiratama, Karawitan Taruna Kemuning Manunggal Budaya, Djomblo Ensemble (Yogyakarta).

Sementara pendukung dari luar negeri antara lain Singa Nglaras Gamelan Ensamble (Singapore), Gamelan Dadali (Moscow, Russia), Puspawarna (University of Ontago, New Zealand), Lasalle Gamelan Ensamble (Singapore), dan Gamelan Sekar Kenanga (Germany).

Baca juga: ISI Yogyakarta gelar Festival Kriya bagi mahasiswa se-Indonesia

Baca juga: Lima karya seni ISI Yogyakarta dipajang di pameran Shanghai


"Untuk agenda Internasional Webinar yang diselenggarakan pada 11 Desember 2021 pukul 09.00-13.00 WIB terdiri dari dua sesi dengan narasumber-narasumber yang memiliki banyak kontribusi, pemikiran, serta berkompeten dalam dunia seni karawitan," katanya.

Sementara itu, Ketua Jurusan Karawitan FSP ISI Yogyakarta sekaligus Penanggungjawab acara, Bayu Wijayanto mengatakan, pementasan karawitan Jawa di masa sebelum pandemi COVID-19 senantiasa menghiasi pertunjukan-pertunjukan di Indonesia, dan menjadi tontonan alternatif bagi setiap orang yang ingin mendengarkan alunan-alunan suara musik lembut dan menyentuh jiwa.

"Aspek musikalitas pada karawitan Jawa mampu mempengaruhi perasaan maupun psikologis seseorang. Kelembutan musikalitasnya menghadirkan sensasi kedamaian, ketenangan, dan kesabaran, sehingga bagi sebagian orang yang mendengarkannya akan tertidur," katanya.

Model musikalitas seperti ini semacam 'obat' atau sesuatu yang menyegarkan bagi orang-orang yang sibuk dengan kegiatan-kegiatan formal sehari-hari, karena ada semacam 'rasa' yang menjadi kekuatan pada aspek musikalitas karawitan Jawa.

"Rasa ini akan mendorong seseorang terpengaruh terhadap situasi kelembutan, ketenangan, kesabaran yang ditimbulkan dari sensasi musikal. Oleh sebab itu, 'rasa' merupakan hal yang sangat penting dalam pertunjukan karawitan, dan juga menjadi cara untuk menunjukkan keindahan karawitan itu sendiri," katanya.

Namun demikian, kata dia, di era pandemi COVID-19 seperti saat ini terjadi perubahan dalam dimensi waktu, ruang, media, dan ‘budaya’. Pandemi mendorong pada suatu fenomena baru yaitu 'menjaga jarak dan menghindari kerumunan'.

Oleh karena itu, lahir pertunjukan-pertunjukan virtual yang menjadi jalan bagi seniman untuk mempertunjukkan karyanya melalui berbagai media sosial sebagai media pertunjukan virtual. Perubahan ruang ini menjadi sebuah 'media pembatas' yang menjembatani seniman dengan penonton.

"Terjadi suatu proses transisi auditori dari suara murni gamelan, kemudian direkam, selanjutnya rekaman itu ditonton oleh penonton," katanya.

Namun secara alamiah, pertunjukan karawitan yang biasanya disajikan dalam kerangka model rasa Jawa gamelannya tentu akan mengalami kendala. Kendala itu didapati pada proses recording yang sesungguhnya menghilangkan otentisitas dari 'rasa' itu sendiri, tambahnya.

Baca juga: Oscar Motuloh terima gelar "Empu Ageng" dari ISI Yogyakarta

Baca juga: Belasan mahasiswa asing pamerkan karya seni di ISI Yogyakarta

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021