Sejarah mencatat peran besar para ulama, kiai, dan santri dalam menjaga NKRI
Jakarta (ANTARA) - Menyambut Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober, pada 2021 ini Presiden Joko Widodo mencuitkan pesan di akun Twitter @jokowi.

"Sejarah mencatat peran besar para ulama, kiai, dan santri dalam menjaga NKRI, memandu ke jalan kebaikan dan jalan kemajuan," kata Presiden dalam cuitan itu.

Lalu, Kepala Negara menambahkan, "Bersama para ulama, kiai, dan para santri, Indonesia akan selalu mampu mengarungi tantangan zaman, termasuk melewati masa-masa sulit karena pandemi (COVID-19) ini".

Kaum santri dan ulama memiliki komitmen luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, menegakkan, dan menjaga negara bangsa bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Komitmen total kaum santri dalam menjaga NKRI diwujudkan dengan mempertaruhkan apapun, hingga darah dan nyawa, demi merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah Belanda.

Pada era penjajahan Belanda, pesantren menjadi motor dan basis utama pejuang mengusir kolonial. Para kiai, santri, dan warga setempat menjadi benteng utama perjuangan merebut kemerdekaan. Pesantren menjadi inspirasi dan penggerak masyarakat dalam berjuang melawan penjajah.

Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama Bogor, Ahmad Fahir, M.Si. mengatakan puncak perjuangan kaum santri dan kiai terjadi pada 22 Oktober 1945 saat Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari mengeluarkan “Resolusi Jihad”.

Resolusi jihad yang dikeluarkan Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari berisi seruan perang bagi umat Islam untuk mengusir penjajah Belanda dan Sekutu yang hendak menduduki kembali Indonesia setelah memploklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: Ma'ruf Amin: Santri berperan dalam penanggulangan COVID-19

"Resolusi Jihad” NU adalah bukti sumbangsih besar kaum santri dan kiai dalam memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan Indonesia, dengan menghalau dan mengusir tentara Belanda dan Sekutu yang hendak menduduki kembali Tanah Air.

"Para santri dan ulama berada di garda terdepan perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dengan mengorbankan harta, darah dan nyawa," kata salah satu pendiri Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Presiden Jokowo menyampaikan Selamat Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2021. (FOTO ANTARA/HO-Twitter @jokowi)


Konsolidasi

Dalam perkembangannya, "Resolusi Jihad" yang dikeluarkan K.H. Hasyim Asy’ari berhasil mengonsolidasi para pejuang santri dan kiai se-Indonesia, yang pada era penjajahan Belanda bergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah.

Para kiai dan santri NU dari berbagai daerah di Pulau Jawa menyatu di Surabaya untuk berperang secara langsung mengusir pasukan koalisi Sekutu.

Resolusi Jihad adalah tonggak sangat penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Peristiwa 10 November 1945 mustahil terjadi tanpa adanya Resolusi Jihad NU yang menjadi roh perjuangan dan penggerak.

Ia mengatakan penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HSN) oleh Presiden Joko Widodo pada 2015 sebagai hal yang amat wajar dan semestinya.

"Penetapan HSN itu sebagai wujud pengakuan pemerintah atas jasa-jasa santri dan para ulama dalam perjuangan panjang mengusir penjajah dari bumi NKRI," kata Ketua Yayasan "At-Tawassuth" itu.

Yayasan itu bergerak dalam advokasi nilai-nilai moderat dalam kehidupan keagamaan dan mendorong masyarakat untuk mencintai Tanah Air.

Pada peringatan HSN 2021, Yayasan At-Tawassuth menggelar sejumlah kegiatan, yakni istighatsah mendoakan para ulama, santri dan pahlawan nasional pejuang kemerdekaan Indonesia, dan membagikan nasi kotak gratis pada anak yatim, warga duafa dan santri diniah pada Jumat (22/10).

Selain itu, pada Kamis (14/10), Yayasan At-Tawassuth juga menyelenggarakan ziarah ke makam para ulama penyebar Islam di Tanah Pasundan, dengan menyambangi makam sejumlah sultan alias raja Banten, antara lain Raja IV Banten Sultan Abdul Mafahir di Kelurahan Kenari dan Raja II Banten, Sultan Maulana Yusuf di Kasunyatan, Kota Serang, Banten.

Selain itu, menziarahi makam Raja VI Banten, Sultan Ageung Tirtayasa di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Sultan Tirtayasa tercatat sebagai tokoh penting dalam perjuangan mengusir penjajah Belanda dan dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Baca juga: Menteri Agama apresiasi upaya pesantren tanggulangi pandemi COVID-19

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Ar-Ruhama, Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, K.H. Saepul Milah menambahkan untuk memperingati HSN 2021, pihaknya menyelenggarakaan pembacaan selawat Nariyah 4.444 kali mendoakan semua ulama, santri, dan pejuang nasional yang telah berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kegiatan tersebut sebagai wujud apresiasi dan rasa syukur atas jasa besar para ulama NU dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI.

Sebelumnya, Pesantren Ar-Ruhama menggelar napak tilas perjuangan ulama penyebar Islam dengan menziarahi makam Syaikh Wong Sagati, yang terletak di bibir Sungai Ciberang, Kampung Sajra, Desa Sajira Mekar, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten, pada Kamis (7/10).

Makam Syaikh Wong Sagati merupakan salah satu makam keramat di wilayah Banten. Pada tahun baru 2020 makam ini viral secara nasional.

Saat terjadi bencana alam, gempa bumi, banjir, dan longsor yang mengguncang wilayah barat Kabupaten Bogor dan wilayah timur Kabupaten Lebak, makam ini tetap utuh.

Padahal makam ini posisinya ada di bibir Sungai Ciberang. Sejumlah jembatan baja yang berposisi lebih tinggi justru roboh dan hanyut diterjang amukan banjir.

Baca juga: Ma'ruf Amin: Program pemerintah berbasis pesantren percepat PEN

Syaikh Wong Sagati, menurut keterangan dari juru kunci dan warga lokal Sajira, merupakan keturunan Raja Pakuan Pajajaran yang berpusat di Bogor, Prabu Siliwangi.

"mudzakarah"

Sementara itu, Lajnah Bahsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor, memiliki cara lain dalam merefleksikan peringatan HSN 2021.

LBM menyelenggarakan "mudzakarah" (diskusi) mengenai fikih dengan tema aktual untuk memecahkan persoalan keumatan.

"Mudzakarah" dengan mengkaji kitab Fathul Qorib dipusatkan di Pondok Pesantren Ihya An- Nahdliyah, Km 26, Desa Pondokudik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Ahad (10/10). Kegiatan ini diikuti 50 peserta.

Ketua Panitia Pelaksana Bahsul Masail LBM PCNU Kabupaten Bogor Ustadz Ahmad Suhadi mengatakan kegiatan tersebut mengangkat dua isu utama, yakni mengenai hukum datang ke acara walimatul ursy dan hukum selawat diiringi musik.

Kegiatan lain warga NU Bogor untuk memperingati HSN 2021, yakni vaksinasi massal gratis, donor darah dan istighatsah yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Kemang, Kamis (21/10).

Baca juga: Gubernur Jatim imbau santri jadi penguat dan motor penggerak ekonomi

Berbagai kegiatan yang dihelat MWCNU Kecamatan Kemang diselenggarakan di Pesantren Aza, Desa Kemang.

Aksi sosial yang digagas MWCNU Kecamatan Kemang diikuti ratusan orang, yang berasal dari berbagai Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) dari berbagai desa serta pesantren dan yayasan yang dikelola warga NU.

Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi menyebut ada tiga alasan yang menunjukkan besarnya kontribusi santri kepada Indonesia.

Pertama, santri memiliki jasa besar dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Kedua, santri memiliki kontribusi besar dalam membimbing praktik keagamaan di masyarakat, di mana banyak santri yang menjadi pemimpin pada komunitas paling kecil di masyarakat, mulai dari imam mushalla dan masjid, pimpinan majelis taklim, dan lainnya.

Ketiga, santri juga memiliki kontribusi besar terhadap pengarusutamaan wacana keagamaan yang moderat.

Dengan kiprah seperti itu, agaknya totalitas nasionalisme santri adalah komitmen yang jelas perwujudannya.

Baca juga: Gubernur dan ASN Jawa Tengah "ngantor" pakai sarung pada Hari Santri
Baca juga: Ahmad Basarah puji peran santri dalam jihad melawan COVID-19
Baca juga: Wali Kota Surabaya sebut santri dan kaum nasionalis seiring sejalan

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021