seluruh pihak tetap harus bergotong-royong menghadapi berbagai persoalan yang masih mungkin terjadi, agar perekonomian Indonesia semakin tangguh
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden Arif Budimanta mengatakan pemerintah akan tetap berhati-hati menetapkan kebijakan perekonomian di tengah ancaman persebaran varian baru virus corona, meskipun sebagian besar indikator perekonomian menunjukkan perbaikan.

“Kita tetap berhati-hati karena situasi pandemi masih terjadi dengan varian baru yang sangat mungkin kembali menjangkiti berbagai negara yang saat ini telah membaik menjadi kembali memasuki situasi krisis,” kata Arif saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Arif mengatakan persebaran varian delta bisa saja membuat pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial yang lebih ketat.

“Oleh karena itu, seluruh pihak tetap harus bergotong-royong menghadapi berbagai persoalan yang masih mungkin terjadi, agar perekonomian Indonesia semakin tangguh,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis ini mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal II 2021, yang menandakan keluarnya perekonomian domestik dari zona resesi sejak empat kuartal terakhir.

Arif melihat pencapaian pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal II 2021 ini karena kerja sama semua pihak, termasuk stimulus dari program bantuan sosial.

“Capaian ini merupakan hasil kerjasama semua pihak. Sejumlah kebijakan pemerintah selama ini melalui program bantuan sosial dan pemulihan ekonomi nasional, turut membantu menahan tekanan kepada masyarakat dan juga pelaku usaha,” ujar Arif.

Beberapa indikator ekonomi hingga akhir kuartal II menunjukkan banyak perbaikan. Misalnya, indeks keyakinan konsumen (IKK) meningkat 16,4 poin menjadi 104,4 dibanding posisi IKK pada kuartal I 2021 yakni sebesar 88,0.

Realisasi investasi pada kuartal II 2021 juga tumbuh sebesar 16,2 persen (yoy) atau secara kumulatif Januari hingga Juni 2021 tercatat tumbuh sebesar 10,0 persen (yoy).

Dari sisi fiskal, pemerintah telah membelanjakan APBN sebesar Rp1.170,13 triliun atau 42,55 persen dari total belanja negara hingga semester I 2021. Realisasi tersebut naik 9,38 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 lalu.

Selain itu, ketahanan eksternal kuartal II 2021 masih cukup baik karena posisi neraca perdagangan yang secara konsisten mengalami surplus sejak April 2020 hingga Juni 2021. Surplus neraca perdagangan Januari hingga Juni 2021 tercatat sebesar 11,86 miliar dolar AS.

Sedangkan melihat situasi pandemi COVID-19, pemerintah sedang menggencarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan berbagai level, untuk mengurangi lonjakan kasus baru Virus Corona karena persebaran virus varian Delta.

Hingga Rabu (4/8), jumlah kasus COVID-19 di Indonesia terus menunjukan peningkatan. Menurut Satgas Penanganan COVID-19, kasus harian pada Kamis (5/8) bertambah 35.867 kasus, sehingga total kasus aktif COVID-19 sebanyak 524.011 kasus.

Baca juga: BPS: Lima sektor beri kontribusi 64,85 persen PDB triwulan II-2021
Baca juga: Ekonomi RI tumbuh 7,07 persen dinilai sudah pada jalur yang tepat
Baca juga: Stafsus Presiden: Ekonomi positif di Q2 hasil kerja sama semua pihak


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021