Jakarta (ANTARA News) - Atlet anggota pemusatan latihan nasional junior Franklin Ramses Burumi asal Papua mengaku kecewa berat karena merasa "digagalkan" dalam upayanya memecahkan rekor pada "Kejuaraan Bob Hasan Sprint 2010" di Stadion Madya Senayan Jakarta, Sabtu.

Saat berlangsungnya lomba lari (sprint) 60 meter yang menjanjikan hadiah Rp1 miliar bagi pemecahan rekor dan dijadwalkan pukul 17.15 WIB ternyata alat pencatat waktu elektrikal (electric time/ET) padam.

"Saya kecewa sekali. Saya bertanya kepada panitia, kenapa pada saat kami berlomba alat pencatat waktu itu padam, atau memang sengaja dipadamkan," ujar Franklin Burumi dengan nada tinggi.

Seusai pertandingan, Burumi langsung "memburu" hasil catatan waktu ke pihak panitia penyelenggara. Namun ia merasa "dipingpong" dan tidak mendapatkan jawaban pasti mengenai sebab-sebab padamnya ET, karena saat melakukan protes ia tidak didampingi ofisial.

Ketika ditanya, Franklin Burumi merasa telah mampu melampaui limit waktu yang diberikan PB PASI yang menetapkan rekor yang harus dipecahkan untuk atlet putra adalah 6,60 detik.

Burumi sendiri merupakan pemegang rekor sebelumnya dengan 6,73 detik.

"Saya benar-benar sudah menyiapkan diri untuk lomba ini, dan menurut perhitungan saya tadi saya mampu finis terdepan dengan 6,58 detik," ujarnya.

Sesuai hasil pertandingan yang dikeluarkan panitia, Franklin Burumi memang berada di posisi teratas dengan catatan waktu "6,6" dengan keterangan tambahan "HT" (hand time).

Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada Ketua Panpel Dwi Priyono, dikatakan bahwa pencantuman "HT" itu karena lomba memang terpaksa menggunakan "hand time" dan tidak dengan "electric time".

"Sebab ET-nya memang sedang padam. Memang begitu alat elektrik itu, kadang-kadang padam," ujar Dwi Priyono.

Franklin Burumi mengatakan, saat lomba sprint putri yang dipertandingkan sebelumnya, ET tersebut menyala.

"Saat lomba bagian putri ET itu menyala. Dan setelah lomba sprint putra selesai, ET itu menyala lagi," ujar Franklin Burumi.

Di bagian putri, atlet NTB Nurul Imaniar yang tampil di sprint remaja 60 meter berhasil membukukan waktu 7,63 detik, atau nyaris menyamai rekornya sendiri (7,61 detik) yang dibuatnya pada 15 Februari 2009, yang berarti masih cukup jauh untuk memecahkan rekor 7,30 detik untuk hadiah beasiswa Rp1 miliar.

Sedangkan Agustine Bawele tampil juara di nomor junior 60 meter dengan membukukan waktu 7,76 detik, atau jauh lebih tajam dibanding hasil kualifikasi yang mencatat waktu tercepatnya 7,88 detik dan belum mampu menyaingi rekor Nurul Imaniar. (ANT-132/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010