Dibandingkan dengan biaya apabila terkena COVID-19, biaya vaksinasi lebih efisien
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany mengemukakan vaksinasi adalah metode pencegahan yang paling efisien bila dilihat berdasarkan "kacamata" ekonomi kesehatan.

"Sebagai ilustrasi, katakanlah biaya vaksinasi COVID-19 seharga Rp900 ribu, maka kita bisa mencegah diri dari penularan penyakit. Dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan apabila terkena COVID-19 yang rata-rata perawatannya memerlukan waktu 9-10 hari, biaya vaksinasi lebih efisien," katanya pada Dialog Produktif bertema Protokol Jalan, Ekonomi Aman yang diselenggarakan KPCPEN dan disiarkan di FMB9ID_IKP, Jumat.

Hasbullah mengatakan, apabila seseorang bekerja sehari mampu menghasilkan Rp500 ribu, maka yang bersangkutan bisa kehilangan potensi penghasilan Rp5 juta akibat dirawat COVID-19, di rumah sakit.

Hasbullah juga menjelaskan akibat COVID-19 ini anggaran belanja negara defisit hingga lebih dari Rp1.000 triliun. "Karena COVID-19 yang tidak teratasi membuat perekonomian tidak bergerak. Sehingga kita semua sebenarnya adalah korban COVID-19," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Hasbullah, pemerintah sadar betul apabila masyarakat tidak dipulihkan kesehatannya, serta perilaku masyarakat tidak didisiplinkan, ekonomi menjadi sulit bergerak.

Baca juga: Program Vaksinasi Gotong Royong sudah mencakup 1.933 pekerja di Bekasi

Baca juga: Sri Mulyani: Program vaksinasi RI masuk peringkat ke-11 global


Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan pemerintah telah menjalankan program vaksinasi nasional sejak Januari 2021. Upaya ini merupakan salah satu langkah untuk memulihkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Pemulihan kesehatan juga berdampak bagi pemulihan ekonomi dan kembalinya produktivitas masyarakat seperti semula.
"Protokol kesehatan (Prokes) adalah elemen yang sangat penting selama masih ada pandemi COVID-19. Prokes tetap jalan terus meskipun program vaksinasi sudah berjalan seperti saat ini,” ujarnya.

Menurut Reisa, sudah lebih dari satu tahun masyarakat menjalankan prokes selama pandemi. Harapannya, masyarakat sudah lebih memahami pentingnya prokes sebagai cara agar tidak menambah kasus COVID-19.

“Mungkin memang masyarakat mulai jenuh dengan terus menerus mendisiplinkan diri menjalankan prokes ini. Namun untuk bisa terbiasa dengan hal baru memang butuh proses. Memang harus terus menerus diingatkan untuk disiplin menjaga prokes,” katanya.

Reisa berpesan agar masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk divaksinasi. "Kalau masyarakat sudah berkesempatan untuk divaksinasi, manfaatkanlah vaksin tersebut jangan ditunda dan jangan ragu karena berita yang belum pasti kebenarannya,” katanya.

Baca juga: Presiden prioritaskan vaksin untuk industri Batam

Baca juga: Menkes Budi nilai vaksinasi bisa tekan meledaknya biaya kesehatan

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021