Jakarta (ANTARA) - Petugas Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet mengingatkan pentingnya upaya menjaga jarak melalui program 3H dalam beraktivitas demi memutus rantai penularan COVID-19.

"Selain seruan 3M, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak, perlu dilakukan langkah 3H, yaitu hindari kerumunan, hindari kontak erat, dan hindari ruang tertutup," kata Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Mayjen Tugas Ratmono di dalam siaran tertulis di Jakarta, Minggu dini hari.

Tugas mengatakan kewaspadaan bersama seluruh elemen bangsa perlu terus ditingkatkan untuk meredam penyebaran COVID-19.

Program 3H, kata Tugas, merupakan pengembangan dari upaya masyarakat memutus mata rantai penularan COVID-19 lewat menjaga jarak.

Namun, katanya, sering kali masyarakat acuh dengan ketentuan itu, meskipun telah berulang kali diingatkan oleh petugas.

Semua pihak, kata dia, juga perlu menghindari ruang tertutup yang mampu membuat virus bisa bertahan lebih lama.

“Dengan bekerja work from home (WFH), akan menghindari kebersamaan dalam ruang tertutup. Dan semestinya di ruang tertutup, kepadatannya perlu dikurangi hingga 75 persen, ini terkait juga dengan konsep jaga jarak,” katanya.

Sementara bagi petugas, aktivitas 3T, yaitu tracing, testing, dan treating masih harus terus digalakkan dengan tujuan memisahkan antara yang terinfeksi dan yang belum terinfeksi.

“Dengan mengombinasikan ketiganya, yaitu 3M, 3H, dan 3T, akan efektif meredam COVID-19,” kata Mayjen TNI Tugas Ratmono yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan TNI itu.

Pria yang pernah bertugas sebagai dokter militer selama 14 tahun di RSPAD Gatot Subroto ini mengatakan kerumunan akan meningkatkan risiko tertular COVID-19, seperti yang terjadi pada libur panjang 28 Oktober-1 November 2020 bahwa angka COVID-19 kembali meningkat, padahal sebelumnya sudah menurun.

Kontak erat, menurut dia, baik secara langsung maupun melalui perantara benda sangat perlu diwaspadai. COVID-19 akan mudah menular melalui kontak erat.

“Hindari kontak erat dan sering-seringlah cuci tangan menggunakan sabun atau cairan handsanitizer karena memang virus corona ini mudah hinggap di berbagai benda yang disentuh manusia,” kata Mayjen Tugas.

Petugas juga diimbau untuk terus menggalakkan 3T, yaitu tracing, testing, dan treating.

Tracing dan testing dilakukan untuk melacak orang yang terinfeksi COVID-19 sehingga upaya pemisahan bisa segera dilakukan sehingga mempersempit kemungkinan penularan pada orang lain.

Sementara treating adalah perawatan bagi orang yang terinfeksi COVID-19, baik bagi orang tanpa gejala maupun orang dengan gejala. “Tujuannya adalah agar jangan ada lagi yang tertular dan menulari,” ujar Mayjen Tugas Ratmono.

“COVID-19 ini berhubungan erat sekali dengan perilaku kita sehari-hari. Jadi selalu harus waspada dan jangan lengah. Kita perlu selalu mengingatkan satu sama lain. Mari bersama-sama lakukan 3M, 3H, dan 3T,” katanya.

Selain 3M, 3H, dan 3T, Mayjen Tugas meminta masyarakat tidak perlu cemas dan takut. Kecemasan dan ketakutan justru akan membuat imunitas tubuh menurun. Padahal untuk menghadapi COVID-19, imunitas yang baik perlu terus dijaga.

“Selalu gembira dan jangan lupa bahagia itu penting untuk terus kita lakukan bersama-sama agar imunitas meningkat. Dan tentu saja jangan lengah dan selalu waspada untuk selalu menjalankan protokol kesehatan, yaitu 3M, 3H dan 3T,” katanya.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada itu mengapresiasi langkah pemerintah untuk meniadakan libur panjang akhir tahun. Tujuannya untuk menghindari kerumunan yang berisiko meningkatkan penularan COVID-19, seperti yang terjadi pada libur 28 Oktober-1 November 2020.

“Dalam situasi apapun perlu untuk selalu waspada dan jangan lengah. Ikuti dan jalankan protokol kesehatan,” katanya.


#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibujagajarak

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020