Kita harus menjadi aktor, pelaku yang memberi solusi dalam menghadapi pandemi
Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengajak masyarakat menjadi aktor atau pelaku yang memberikan solusi di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda negeri ini.

"Kita harus menjadi aktor, pelaku yang memberi solusi dalam menghadapi pandemi. Jangan malah sebaliknya," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam konferensi pers secara virtual dalam rangka memperingati Milad Ke108 Muhammadiyah di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan bahwa di tengah pandemi COVID-19 yang masih mendera Indonesia, siapapun harus menjadi bagian dari pelaku yang memberikan solusi, bukan sebaliknya menambah masalah karena dampaknya akan lebih besar dan luas.

Baca juga: Muhammadiyah: Regulasi minuman beralkohol bukan Islamisasi

"Bukan hanya soal rantai penularan yang akan makin bertambah, tapi pertaruhannya adalah jiwa atau nyawa manusia, yang dalam agama sendiri merupakan bagian dari tujuan kita bersyariah, yaitu menjaga jiwa," katanya.

Ikhtiar untuk menemukan solusi mengatasi pandemi COVID-19 bukan saja tugas pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya, tetapi juga semua kalangan masyarakat dengan menjaga disiplin mengikuti protokol kesehatan, karena wabah belum berakhir.

Baca juga: Sekolah petani dirintis Universitas Muhammadiyah Magelang

"Jadi kalau kita bisa pandai menjaga disiplin, kemudian akhirnya pandemi makin berkurang dan berakhir, maka kita beragama juga menjadi lebih leluasa," katanya.

Kondisi pandemi saat ini, kata dia, perlu menjadi perhatian seluruh masyarakat, karena perbuatan lalai dan tidak mengindahkan protokol pencegahan COVID-19 tidak hanya berdampak kepada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.

Oleh karena, butuh kerja sama semua pihak untuk dapat mengatasi pandemi COVID-19 bersama-sama.

Baca juga: Muhammadiyah: Pengurusan jenazah COVID-19 agar libatkan keluarga

"Dalam konteks ini, baik di dalam kehidupan relasi sosial kemasyarakatan kita, yang berlaku adalah asas hukum gotong royong dan kebersamaan, maupun dalam nilai dan orientasi keagamaan, bahwa manusia terbaik adalah yang memberi manfaat bagi orang lain, dan sebaliknya tidak menimbulkan mudarat bagi orang lain," ujar Haedar.

Wabah pandemi COVID-19, katanya, tidak mengenal agama, suku, ras dan golongan, baik perempuan maupun laki-laki, semuanya terkena dampak.

Baca juga: Muhammadiyah: Kapabilitas masyarakat penting turunkan risiko bencana

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa ikhtiar untuk mengatasi COVID-19 adalah tanggung jawab semua lapisan masyarakat.

"Corona ini berdampak pada semuanya. Karena itu, cara kita menghadapinya adalah dengan kebersamaan. Dan kebersamaan itu perlu dibangun dengan setiap orang memberikan nilai yang positif bagi ketertiban sosial," kata Haedar Nashir.

Baca juga: Positif COVID-19 Indonesia Minggu bertambah 4.106, sembuh 3.897 orang

Pewarta: Katriana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020