Tasikmalaya (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya, Jawa Barat, menanggung biaya penanganan medis bagi para korban keracunan makanan yang saat ini mendapatkan perawatan secara intensif di Puskesmas Mangkubumi dan rumah sakit di Tasikmalaya.

"Penanganan ini menggunakan dana Jamkesda dari APBD, jadi masyarakat (korban keracunan) jangan dibebani," kata Sekretaris Daerah Pemkot Tasikmalaya, Ivan Dicksan kepada wartawan di Tasikmalaya, Jumat.

Ia mengatakan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya melaporkan sudah 171 orang dari berbagai kalangan usia di Kecamatan Mangkubumi harus menjalani perawatan medis karena diduga keracunan akibat makanan yang dikonsumsi dari acara hajatan.

Bahkan, korban keracunan itu diperkirakan masih bertambah karena banyak orang yang mengkonsumsi makanan dari hajatan itu, termasuk orang yang menyelenggarakan hajat juga menjadi korban.

Baca juga: Seratus santri keracunan di Tasikmalaya

Baca juga: 117 siswa alami keracunan makanan jajanan di Tasikmalaya


"Sama (penyelenggara hajatan) jadi korban juga," katanya.

Ia menyampaikan prihatin adanya musibah keracunan massal yang menimpa warga Kecamatan Mangkubumi di tengah pandemi COVID-19.

Pemkot Tasikmalaya akan berusaha maksimal untuk menangani seluruh korban keracunan itu dengan menerjunkan tim medis tambahan agar semuanya bisa ditangani dengan baik.

"Petugas harus siaga 24 jam, kita juga tugaskan BPBD untuk pasang tenda darurat dan Dinsos untuk dapur umum," katanya.

Kepala Puskesmas Mangkubumi, Arif Prianto menambahkan, warga yang mengeluhkan sakit serupa seperti mual, pusing dan muntah-muntah itu mulai berdatangan, Kamis (8/10), hingga akhirnya tercatat sampai Jumat ini, sebanyak 171 orang.

Cukup banyaknya korban, kata dia, dan pihaknya terpaksa memanfaatkan ruangan kelas SDN Puspasari untuk dijadikan tempat perawatan bagi korban korban keracunan karena ruangan di puskesmas terbatas.

Dari sekian korban yang tercatat, sebagian sudah diperbolehkan pulang, bahkan ada juga yang harus dirujuk ke Rumah Sakit dr Soekarjo karena butuh penanganan medis lebih lanjut.

"Yang kita rujuk ada 19 orang, rata-rata balita, ibu hamil, dan lansia," katanya.*

Baca juga: Ratusan karyawan garmen di Sleman diduga keracunan makanan

Baca juga: Polisi ambil delapan sampel sisa makanan santri keracunan

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020