Jakarta (ANTARA) -  "Presiden kita undang untuk meresmikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dan beliau (menyatakan) mau (untuk hadir)," kata pendiri sekaligus anggota Presidium organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Joserizal Jurnalis saat diwawancarai ANTARA pada Kamis, 18 Juni 2015 di Jakarta.

Jose Rizal Jurnalis meninggal dunia pada Senin (20/1) 2020 pukul 00.38 WIB karena sakit jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat setelah dirawat selama 20 hari.

Ia menjelaskan bahwa perwakilan MER-C Indonesia pada Rabu (17/6/2015) telah bertemu Presiden Joko Widodo guna melaporkan bahwa Rumah Sakit Indonesia (RSI)di Gaza, Palestina, sudah selesai, dan telah lengkap peralatannya sejak digagas enam tahun silam.

Dalam pertemuan tersebut, kata Jose Rizal, Kepala Negara juga bertanya apakah dalam pembangunan RSI di Gaza itu ada bantuan dana dari pemerintah.

"Kami sampaikan tidak ada, dan beliau sangat surprise ketika tahu dananya 100 persen berasal dari rakyat Indonesia," katanya.

"Jadi semuanya uang rakyat? Luar biasa!," kata Presiden seperti dikutip Joserizal Jurnalis.

Kepada Presiden juga dijelaskan bahwa RS Indonesia di Gaza itu luasnya 10.000 meter persegi di atas tanah 1,6 hektare.

"Dirancang dan dikerjakan oleh para sukarelawan asli Indonesia, kecuali untuk pengerjaan fondasi," katanya.

Baca juga: COVID-19 di Gaza, berjuang hadapi dua gempuran

Peralatan modern

RS tersebut telah dilengkapi dengan CT Scan (Computed Tomography Scanner) 128 Slices merk Siemens, dengan teknologi termodern dan lampu operasi yang bisa digunakan untuk teleconference (konferensi jarak jauh).

Selain itu, juga dilengkapi 100 tempat tidur dan 10 tempat tidur ICU (Intensive Care Unit), serta empat kamar operasi.

"RS Indonesia Gaza, Palestina diberikan sebagai hadiah dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina," katanya.

Ia menambahkan, atas permintaan MER-C itu Presiden Jokowi langsung berbicara kepada Mensesneg supaya segera diatur.

"Beliau tanya kapan diresmikannya? Saya jawab, kapan bapak punya waktu, kami siapkan," katanya.

"Bulan Ramadhan lebih baik, itu usulan tambahan yang saya sampaikan kepada beliau," ujar Jose Rizal Jurnalis.

Memang pada akhirnya, rencana tersebut tidak terwujud karena perkembangan, dinamika serta situasi dan kondisi di Gaza, yang tidak mudah untuk bisa masuk ke wilayah yang hingga kini masih diisolasi oleh zionis Israel itu.

Pada Sabtu, 9 Januari 2016, Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri penyerahan secara simbolis Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza itu dalam acara yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (9/1) malam.

Acara itu dihadiri Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf, Menteri Kesehatan Palestina Hani Abdeen, serta Duta Besar Palestina untuk RI Fariz Mehdawi.

Pada 27 Desember 2015, RSI di Gaza itu telah diresmikan oleh Menteri Kesehatan Palestina Abdeen dan mulai dibuka untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi rakyat Palestina.

Baca juga: Alami gangguan kesehatan, pendiri MER-C Joserizal Jurnalis dirawat
Ketua Presidium organisasi sosial kemanusiaan konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad. (FOTO ANTARA/HO-Andi Jauhari/Humas MER-C)


Pandemi COVID-19

Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad menjelaskan bahwa pada Selasa (29/9/2020) siang, para sukarelawan sekaligus mujahid, khususnya dari pekerja dari divisi konstruksi telah tiba kembali di Jakarta, setelah selama 1,5 tahun bekerja untuk pembangunan fisik tahap dua RSI di Gaza.

"Alhamdulillah, setelah menunaikan tugas selama 1,5 tahun di Jalur Gaza, Palestina, hari ini, Selasa, 29 September 2020 sebanyak 19 sukarelawan pembangunan tahap dua RS Indonesia di Gaza tiba kembali di Tanah Air dengan selamat," katanya.

Ia menjelaskan kepulangan sukarelawan RSI itu adalah gelombang kedua dari Jalur Gaza, setelah sebelumnya sembilan orang telah tiba lebih dulu pada 14 Agustus 2020.

Kepulangan sukarelawan dari MER-C yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Kabupaten Bogor, itu sempat tertunda beberapa waktu dikarenakan pintu perbatasan Rafah -- antara wilayah Gaza dan Mesir -- yang belum kunjung dibuka. Hal ini dikarenakan situasi keamanan dan kondisi yang sempat memanas di Jalur Gaza.

Selain itu, merebaknya pandemu COVID-19 juga menyebabkan Pemerintah Mesir sebagai negara yang berbatasan dengan Jalur Gaza sempat menutup bandara dan menghentikan aktivitas penerbangan.

Akibatnya, para sukarelawan pun harus bersabar menunggu sampai situasi memungkinkan.

"Kesabaran itu akhirnya membuahkan hasil dan dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala seluruh sukarelawan akhirnya dapat pulang ke Tanah Air untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta," katanya.

Kepulangan sukarelawan itu menyusul pembangunan fisik tahap dua untuk membangun lantai 3 dan 4 RSI yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza bagian Utara itu telah rampung.

Bahkan, saat ini telah dimulai proses pengadaan alat kesehatan dan mebel RSI untuk mengisi dua lantai tambahan yang telah terbangun.

Baca juga: Bangun RS Indonesia tahap II, 32 sukarelawan MER-C ke Gaza

Tim lanjutan

Sarbini Abdul Murad, dokter pertama yang berada di garis depan perbatasan Rafah saat perang 22 hari Palestina-Israel akhir Desember 2008 itu menambahkan bahwa

MER-C akan mengirim tim lanjutan untuk rencana pembangunan Poli Sub Spesialis RSI Gaza sebagai tahapan berikutnya.

Tim lanjutan ke Gaza itu akan terdiri atas tim alat kesehatan, tim medis dan tim insinyur. Tim ini akan melakukan supervisi alat kesehatan, supervisi bangunan sekaligus persiapan pembukaan lantai 3 dan 4 RSI.
Sebanyak 19 sukarelawan organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, Selasa (29/9/2020) saat berada di Bandara Mesir di Kairo, untuk selanjutnya melanjutkan penerbangan menuju ke Jakarta, setelah selama 1,5 tahun bekerja untuk pembangunan fisik tahap dua Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza. (FOTO ANTARA/HO-Andi Jauhari/Humas MER-C)


Target lainnya dari tim lanjutan nanti adalah survei lokasi lahan yang berada dekat RSI Gaza dengan luas sekitar 5.000 meter persegi.

Lahan ini rencananya akan dimanfaatkan untuk membangun Poliklinik Sub Spesialis yang bangunannya akan terhubung dengan bangunan utama RSI yang sudah ada.

"Kami berkomitmen jangka panjang untuk Palestina, salah satunya melalui program RS Indonesia, yang akan terus dikembangkan ke depannya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan warga Gaza, khususnya di bagian Utara," katanya.

Ia menjelaskan sudah ada lahan tambahan di dekat RSI. Lahan itu akan disurvei lebih lanjut untuk rencana pembangunan Poli Sub Spesialis untuk melengkapi RSI.

"Saat ini masih tersisa tiga sukarelawan Indonesia yang masih berada di Jalur Gaza menunggu tim lanjutan datang dari Indonesia," katanya.

Cikal bakal pembangun RSI di Gaza berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir 2008 hingga awal 2009, di mana saat itu sedang terjadi perang 22 hari Palestina dengan zionis Israel.

Ketika itu misi dipimpin dr Rustam S Pakaya, MPH yang saat itu menjabat Kepala Pengendalian Krisis (PPK) Departemen (Kementerian) Kesehatan dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri Aidil Chandra Salim.

Dalam perkembangannya, kemudian MER-C menggalang dana dari masyarakat Indonesia hingga akhirnya terwujud RSI di Gaza, yang lokasinya berada di di Bayt Lahiya, Gaza Utara.*

Baca juga: MER-C harapkan doa rakyat Indonesia bagi keselamatan RSI Gaza

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020