Jakarta (ANTARA) - Tidak seperti para penggemar Liverpool yang bersuka cita menatap akhir musim 2019/2020 yang indah, para pendukung Arsenal berpeluang besar menatap musim lalu dengan wajah kusut.

Hanya menghuni posisi keenam di klasemen, bahkan berada di bawah musuh bebuyutan Tottenham Hotspur, Arsenal juga gagal total di kompetisi Eropa strata kedua Liga Europa.

Bahasan para penggemar Arsenal kini bertambah satu lagi. Mendiskusikan nasib sosok yang nasibnya kini terombang-ambing, Mesut Ozil.

Didatangkan dari Real Madrid pada 2013 silam, Ozil pernah menjadi pujaan publik Emirates Stadium berkat permainan kreatifnya. Selama tujuh musim berseragam The Gunners, pemain kidal itu menyumbang tiga Piala FA bagi klub ibukota.

Namun pemain asal Jerman itu tidak pernah lagi membela Arsenal sejak Liga Inggris dimulai lagi setelah sempat tertangguhkan akibat pandemi COVID-19 pada 17 Juni silam. Total pada musim 2019/2020, Ozil tampil mencatatkan 23 penampilan kompetitif di semua kompetisi untuk Arsenal, dengan koleksi hanya satu gol.

Baca juga: Dibekukan dari skuat Arsenal, nasib Mesut Ozil makin tidak jelas
Baca juga: Ozil sumbang mereka yang kesulitan akibat COVID-19 di Turki


Saat Ozil absen di sisa musim, Arsenal mencatatkan lima kemenangan, lima kekalahan, dan satu kali imbang di Liga Inggris. Meski demikian, mereka masih mampu mengukir dua kemenangan di ajang Piala FA untuk membuat pasukan Mikel Arteta berhak tampil di final pada Sabtu (1/8) depan.

Sebagian pengamat meyakini bahwa seandainya Ozil dimainkan di sisa kompetisi, nasib Arsenal mungkin akan berbeda. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, dan catatan statistik juga tidak berpihak pada Ozil di musim ini sebab ia memang lebih banyak tidak dimainkan penuh 90 menit.

Manajer Arsenal Mikel Arteta tidak pernah menginformasikan alasan sebenarnya mengapa ia membekukan Ozil. Secara diplomatis, Arteta hanya pernah menuturkan bahwa sang pemain dibekap cedera.

Fakta tersebut terbantahkan oleh Ozil sendiri. Di media sosial, Ozil justru mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja dan siap turun membela tim.

Khusus terkait media sosial, terhitung sejak 18 Mei silam, Ozil sama sekali tidak pernah mencuit sesuatu yang terkait langsung dengan Arsenal, selain tagar #YaGunnersYa pada foto dan video latihannya. Terakhir kalinya akun Twitter OZil mencuit dengan menyebut (mention) akun resmi Arsenal adalah pada 8 Maret silam.

Seandainya diasumsikan bahwa terdapat hubungan kurang harmonis antara Ozil dengan Arteta, mungkin penggemar Arsenal tidak kaget. Dengan manajer pendahulu Arteta saja, Unai Emery, Ozil kerap memiliki sikap berseberangan.

Saat itu, Ozil dan Emery kerap saling serang di media massa. Emery terang-terangan memperlihatkan rasa dongkolnya terhadap pemain berdarah Turki itu, sedangkan Ozil pun tidak sungkan "curhat" terkait apa yang dianggapnya sebagai sikap tidak adil dari Emery.

Baca juga: Oezil ingin bela Arsenal sampai 2021
Baca juga: Mesut Ozil, habis manis sepah dibuang
Baca juga: Unai Emery: Mesut Ozil tidak layak bermain untuk Arsenal


Gaji besar

Masalah lain yang juga terkait dengan Ozil adalah gajinya yang besar. Bahkan dari laporan klub, Ozil merupakan pemain dengan gaji tertinggi di Arsenal yakni 350.000 pound atau sekitar Rp6,54 miliar per pekan.

Dengan kontribusinya yang minim pada musim lalu, secara logis manajemen Arsenal tentu ingin melepas sang pemain. Sebab apa gunanya membakar uang tanpa bisa memaksimalkan potensi sang pemain di lapangan?

Kontrak Ozil sendiri baru akan habis pada musim panas tahun depan. Sehingga jika tidak dapat melepas pemain berdarah Turki itu, The Gunners masih harus membuang uang sebesar 14 juta pound hanya untuk gaji Ozil pada musim depan.

Sayangnya menjual atau meminjamkan sang pemain saat ini juga bukan perkara mudah karena beberapa sebab.

Laman Transfermarkt menaksir harga Ozil saat ini sekitar 17,50 juta pound. Pada masa normal, mungkin jumlah itu masih masuk akal untuk dirogoh dari bujet transfer, namun perlu diingat klub-klub Eropa masih belum pulih dari hantaman pandemi COVID-19, termasuk sektor finansial mereka.

Seandainya pun banderol itu masih dapat dipenuhi oleh klub-klub Eropa, namun mungkin mereka akan menemui kesulitan untuk memenuhi permintaan gaji yang disodorkan Ozil dan agennya.

Masalah gaji menjadi hal yang sensitif terkait Ozil. Sebab sang pemain merupakan sosok yang cukup perhitungan dengan haknya tersebut. Bahkan saat liga ditangguhkan akibat pandemi COVID-19, Ozil menolak gajinya dipangkas.

Baca juga: Mesut Ozil tolak kesepakatan pemotongan gaji 12,5 persen
Baca juga: Ozil danai operasi 1.000 anak-anak sebagai proyek pernikahan



Masa depan Ozil

Dengan meninjau gelagat yang ada, Arteta jelas tidak akan memasukkan Ozil untuk skuatnya musim depan. Pria Spanyol itu bisa jadi akan mengabaikan Ozil sampai kontraknya habis.

Opsi lain mungkin adalah meminjamkan Ozil. Sejumlah klub Turki terlihat masih tertarik mendatangkan Ozil, ditambah ia masih memiliki hubungan darah dengan negara tersebut.

Alternatif lainnya yang rasanya lebih kecil peluangnya adalah menjual Ozil ke klub-klub Amerika Serikat atau ke Asia Timur seperti Jepang dan China. Liga AS kerap menjadi tujuan para pemain yang sudah habis kariernya di Eropa namun masih ingin bermain sepak bola kompetitif di level yang tidak terlalu jauh di bawah kompetisi sebelumnya.

Sedangkan Liga Jepang juga beberapa kali menjadi tujuan para pemain elit dunia, seperti Andres Iniesta dan Fernando Torres. Atau seandainya mau berpikir out of the box, bukan tidak mungkin Ozil kemudian merapat ke klub-klub Timur Tengah.

Siapa tahu...

Baca juga: Vermaelen susul Iniesta, Villa dan Podolski ke Vissel Kobe
Baca juga: Arsenal kirim Watford terdegradasi
Baca juga: Dua gol Aubameyang bawa Arsenal lewati City menuju final Piala FA

 

Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020