Mogadishu, (ANTARA News) - Dua wartawan "freelance", seorang dari Kanada dan lainnya dari Australia, Rabu dibebaskan setelah 15 bulan disandera di Somalia.

Wartawati Kanada itu menuduh bahwa dirinya disiksa, sebagaimana dikutip dari AFP.

Salah satu dari penculik mereka, yang menolak disebut namanya, mengatakan kepada AFP bahwa pembayaran uang tebusan sebesar satu juta dolar telah dibayarkan bagi pembebasan wartawan Kanada, Amanda Lindhout dan wartawan foto Australia, Nigel Brennan.

Lindhout dan Brennan menginap di satu hotel di ibukota Somalia, Mogadishu, Rabu malam, menunda keberangkatan mereka dari Somalia, Kamis.

Seorang pekerja hotel mengatakan, kedua wartawan itu tampak "sangat lelah" setelah mereka mendapat cobaan berat, salah satunya adalah penyanderaan terlama di negara Tanduk Afrika yang tak patuh terhadap hukum itu.

Lindhout mengatakan kepada televisi Kanada CTV, bahwa dia dipukuli dan disiksa oleh penangkapnya, yang menurutnya pelaku kriminal dengan dalih pejuang kemerdekaan.

Dia juga mengatakan tahu bahwa kedua keluarga mereka telah membayar uang tebusan senilai satu juta dolar bagi kebebasan mereka.

Lindhout mengatakan, dia selama disandera ditempatkan di satu sudut di lantai sepanjang 24 jam dalam sehari selama 15 bulan terakhir.

"Pada saat-saat itulah saya dipukuli, disiksa," katanya.

"Tindakan mereka sangat kejam," katanya menambahkan.

"Saya hanya berdiam diri sepanjang waktu. Saya tidak bicara dengan siapapun. Biasanya saya berada di dalam satu ruang dengan sedikit cahaya, tidak ada jendela, saya tak bisa menulis apapun. Makanan yang kami dapat juga sangat sedikit."

Para penculik menyiksa mereka, karena menurutnya, uang tebusan `tidak segera datang.`

Keluarga Australia Brennan mengatakan mereka sangat gembira setelah dia dibebaskan.

Lindhout dan Brennan ditangkap 23 Agustus 2008 dalam perjalanan dari Mogadishu menuju satu kamp pengungsi di Afgooye, di luar ibukota.

Seorang wartawan Somalia dan dua sopirnya juga disandera, namun mereka dibebaskan setelah 177 hari.

Mereka tak bisa mengenali penyandera mereka, dan tak bisa mengetahui apa motif penculikan mereka.

Pada September 2008, kepala suku daerah itu ikut ambil bagian dalam perundingan untuk mengupayakan pembebasan mereka, dan para penculik mengatakan, mereka minta uang tebusan 2,5 juta dolar.

Pada Januari lalu, dia mengatakan, permintaan itu telah diturunkan menjadi 100.000 dolar AS.

Menurut media Somalia, kedua wartawan itu melarikan diri pada Februari dan ditangkap kembali saat mengungsi di satu mesjid.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009