jika ada kelalaian sekecil apapun sangat berisiko menimbulkan kenaikan angka kasus positif yang menyebabkan gelombang kedua serangan virus yang bisa menyababkan kematian ini.
DKI Jakarta (ANTARA) - The Hongkong dan Shanghai Banking Corporation (HSBC) Indonesia menyalurkan bantuan berupa alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis melalui Palang Merah Indonesia (PMI) dalam paya membantu penanganan pandemi COVID-19 di berbagai daerah.

"Bantuan APD dari HSBC Indonesia ini sangat bermanfaat untuk para tenaga medis yang saat ini masih terus berjuang merawat pasien positif COVID-19 yang khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan," kata Ketua Umum PMI Jusuf Kalla dalam webinar online melalui aplikasi Zoom, Kamis.

Menurutnya, dalam upaya mengendalikan virus ini perlu kerjasama dan bantuan dari seluruh pihak dan tidak hanya tugas pemerintah saja. Pihaknya juga mengapresiasi HSBC yang turut membantu PMI dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Ia menyebutkanya melihat adanya potensi risiko (penularan) dengan mulai dibukanya ruang-ruang publik seperti mal, taman bahkan sekolah. Selain itu, Kurva kenaikan penderita COVID-19 di Indonesia belum melandai.
Baca juga: PMI Kota Sukabumi salurkan APD untuk tenaga kesehatan

Maka dari itu, jika ada kelalaian sekecil apapun sangat berisiko menimbulkan kenaikan angka kasus positif yang menyebabkan gelombang kedua serangan virus yang bisa menyababkan kematian.

Di masa transisi ini, masyarakat harus membiasakan diri menerapkan protokol kesehatan maksimal, agar di masa transisi ini bisa berjalan dengan mulus menuju era normal baru (new normal).

"Sampai saat ini belum ada vaksin untuk COVID-19, sehingga masyarakat harus bisa mengendalikan diri agar tidak tertular virus ini. Bantuan maupun donasi yang disalurkan mitra kepada PMI sangat berarti dalam operasi penanganan COVID-19," tambahnya.

Jusuf Kalla mengatakan meski pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah telah dilonggarkan, namun perjuangan melawan virus ini masih panjang, apalagi sampai saat ini belum ada vaksinnya.

Namun demikian, virus harus tetap dikendalikan dan jangan kalah kuncinya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan malaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sementara, pengurus PMI Pusat Heru Aryadi menambahkan APD masih sangat diperlukan mengingat pertambahan kasus terkonfirmasi positif di Indonesia masih terjadi. Dia merinci, kebutuhan APD di rumah sakit yang menjadi rujujkan mencapai 200 pcs per hari.

Baca juga: Serius tangani pemulangan PMI, BP2MI lengkapi petugas dengan APD
"Berdasarkan pengamatan, rata-rata pasien COVID-19 dirawat selama 20 hari, jika 10 APD perhari untuk setiap pasien berarti 10 dikalikan 20 hari berartu membutuhkan 200 APD (masker)," tambahnya.

Kebutuhan APD untuk relawan PMI juga tak kalah penting apalagi yang bertugas di lapangan seperti tim penyemprot disinfektan yang membutuhkan APD untuk melindungi diri dari paparan zat kimia. Terlebih yang melakukan pelayanan evakuasi pasien serta penguburan jenazah COVID-19 yang memerlukan APD Level 3.

Lanjut dia, pihaknya memahami pelonggaran PSBB diperlukan untuk menghidupkan kembali roda perekonomian, namun demikian perlu membangun kepedulian masyarakat untuk menjaga standar sanitasi dan kebersihan yang tinggi karena dengan jiwa yang sehat maka ekonomi akan terus meningkat.

Head of Corporate Sustainability PT Bank HSBC Indonesia Nuni Sutyoko mengatakan pihaknya sangat menghargai inisiatif PMI untuk membantu menyediakan bantuan berupa APD dan menjangkau para tenaga medis yang masih sangat membutuhkan.

Dengan tingkat kesiapan tiap daerah yang berbeda-beda dalam menghadapi normal baru tentunya perlu dukungan semua pihak, termasuk sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Baca juga: Nestle Indonesia beri bantuan untuk PMI hadapi pandemi COVID-19

"Dalam hal ini peran tenaga kesehatan menempati posisi kunci untuk memberikan layanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat yang membutuhkan," katanya.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020