Ini pendapat pribadi. Semua yang punya jasa patut dicatat. Apalagi, ANTARA sebagai pelopor di bidang jurnalistik. Dokumentasi sangat perlu, kalau mungkin (sejarahnya) dilengkapi
Jakarta (ANTARA) - Abdul Hakim, tokoh wartawan zaman kemerdekaan yang juga ayah mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim disebut sebagai salah satu pendiri Kantor Berita Antara, atau kini menjadi Perum LKBN ANTARA.

Hal tersebut terungkap dalam peluncuran dan diskusi buku berjudul "Abdul Hakim, Wartawan Antara; Dalam Kenangan Anak Cucu" yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa.

Buku tersebut ditulis oleh Chappy bersama saudara-saudaranya, seperti Budiman Hakim, Bachrul Hakim, kemudian istri Chappy, dan cucunya yang menceritakan tentang sosok Abdul Hakim.

Baca juga: Abdul Hakim, redaktur pertama ANTARA "like father, like son"

Bachrul Hakim, sebagai anak tertua mengingat betul bahwa ayahandanya, Abdul Hakim, termasuk salah satu pendiri ANTARA, selain Adam Malik, AM Sipahoetar, Pandu Kartawiguna, Soemanang, dan beberapa tokoh lainnya.

Bahkan, Bachrul menyebutkan ayahnya sangat mengagumi sosok Adam Malik yang pemikirannya luar biasa dan pantas menjadi teladan meski dari usia dua tahun lebih muda darinya.

Namun, kata dia, ternyata di situs Perum LKBN ANTARA tidak menyebutkan nama Abdul Hakim, termasuk beberapa tokoh lain yang sebenarnya ikut andil mendirikan kantor berita Indonesia tersebut.

"Ini pendapat pribadi. Semua yang punya jasa patut dicatat. Apalagi, ANTARA sebagai pelopor di bidang jurnalistik. Dokumentasi sangat perlu, kalau mungkin (sejarahnya) dilengkapi," tuturnya.

Mantan Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi ANTARA Parni Hadi mengakui sosok Abdul Hakim yang merupakan redaktur pertama ANTARA sebagai salah satu pendirinya, serta menyebut sejumlah nama tokoh lainnya.

"Saya menambahi nama saja, Rahmad Nasution, Pangulu Lubis, Yahya Malik Nasution, Johan Syahruzah, Maroeto masuk. Saya pikir dilengkapi saja, ini penting," kata mantan Dirut LPP RRI itu.

Sementara itu, Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA Akhmad Munir mengakui buku tersebut menjadi referensi untuk membuka diskursus kembali tentang sejarah ANTARA.

"Artinya, sejarah ANTARA perlu digali dari berbagai sisi yang sekarang ini baru terungkap. Banyak informasi yang mesti digali, dan kemudian digunakan untuk melengkapi," ucapnya.

Buku setebal 270 halaman itu membahas sosok Abdul Hakim dalam beberapa bab yang ditulis oleh anak-anak, menantu, dan cucunya, disertai foto-foto dokumentasi dari keluarga.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019