Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengajak peserta yang mengikuti Pawai Kedigdayaan Nusantara untuk melakukan doa bersama untuk keselamatan bangsa sebelum dimulainya acara.

"Mari kita berdoa agar Indonesia selalu aman dan sentosa, serta mendoakan saudara kita di Maluku, Papua dan Papua Barat yang saat ini sedang ditimpa musibah. Semoga kembali normal dan damai kembali," ujar Mendikbud saat membuka Pawai Kedigdayaan Nusantara di Jakarta, Minggu malam.

Dalam pawai tersebut, Mendikbud menggunakan baju adat Papua. Ia sambil bercanda menyebut dirinya saat itu kepala suku di Papua. Mendikbud menggunakan baju hitam beserta aksesoris kalung dari tulang, serta topi dari bulu berwarna putih.

Sementara Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menggunakan baju tradisional dari Bali dengan udeng di kepala.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menjelaskan pawai tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Pekan Kebudayaan Nasional yang berlangsung 7 Oktober hingga 13 Oktober.

Ke depan, pihaknya berharap kegiatan tersebut dapat menjadi agenda tahunan dan bisa menyedot wisatawan untuk datang ke Jakarta.

"Harus ada kebudayaan kita yang kuat yang ditampilkan, agar bisa bersaing ditingkat internasional."

Uniknya pawai yang menjadi puncak acara pekan budaya itu diselenggarakan pada malam hari dengan pengarah gaya ternama Tanah Air, Deni Malik.

Dia menjelaskan kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional itu merupakan pertama kali diadakan setelah disahkannya UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

"Tahun lalu sudah mulai dengan pemanasannya yakni diselenggarakannya kongres kebudayaan."

Menurut dia, tahun lalu pelaksanaannya belum sempurna dan saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Ke depan pihaknya akan terus mengkapitalisasi pelaksanaan pekan kebudayaan itu.

Baca juga: Mendikbud gunakan baju adat Papua saat Pawai Digdaya

Baca juga: Tutup PKN 2019, Mendikbud minta doakan Wiranto, Maluku dan Papua

Baca juga: Mendikbud ajak pemda serius kelola museum sebagai simbol peradaban

Pewarta: Indriani
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019