Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia berkomunikasi dengan Malaysia dan Filipina terkait tiga nelayan WNI yang diculik oleh kelompok bersenjata di Perairan Tambisan Lahad Datu, Sabah, dan dilarikan ke Tawi-Tawi, Filipina selatan.

“Perwakilan RI di Malaysia dan Filipina masih terus berkomunikasi dengan otoritas di masing masing negara mengenai kondisi para WNI yang disandera,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha melalui pesan singkatnya, Kamis.

Baca juga: TKI diculik kelompok bersenjata di Lahad Datu Sabah Malaysia

Sebelumnya media Malaysia, The Star, memberitakan bahwa keluarga salah satu nelayan yang diculik telah menerima permintaan tebusan dari para penculik.

Komisaris Polisi Sabah Datuk Omar Mammah mengatakan, bahwa menurut otoritas Filipina, para penculik telah menelepon keluarga nelayan tersebut beberapa hari setelah insiden terjadi 23 September 2019.

Baca juga: Malaysia pastikan ketiga TKI diculik, dilarikan ke Tawi-Tawi Filipina

Namun, ia tidak diberi tahu berapa banyak uang tebusan yang dituntut para penculik.

Para penculik mendesak keluarga itu untuk mengumpulkan uang agar melakukan pembayaran secepat mungkin, tambahnya.

Tujuh penculik bersenjata api dari Filipina mengambil tiga pria asal Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, di perairan perairan Tambisan sekitar tengah hari, pada 23 September lalu.

Tiga nelayan Indonesia tersebut diidentifikasi sebagai Samiun Maniu (27), Maharuydin Lunani (48), dan Muhammas Farhan (27).

Para penculik membawa para nelayan ke rantai pulau Tawi-Tawi sebelum menuju ke Jolo.

Baca juga: Penculikan di perairan Sabah, KRI Tawau ancam pulangkan TKI nelayan

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019