saya tak akan jual air ini pak. Saya minta maaf. Saya hanya cari makan
Tanjungpinang (ANTARA) - Air kubangan bekas tambang  bauksit di Tanjungpinang dan Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, ternyata disedot dan dijual sebagai air bersih ke masyarakat.

Berdasarkan penelusuran, Sabtu, sejumlah truk tangki dan mobil "pick up" keluar masuk ke salah satu lokasi di Jalan Raya Senggarang, Tanjungpinang yang terdapat air kubangan bekas pertambangan bauksit.

Truk tangki dan mobil "pick up" yang membawa drum petak bervolume 1000 liter itu antre di lokasi tersebut.

Masing-masing truk membawa mesin penyedot air dan pipa. Setelah penuh, air kubangan tambang itu tersebut dijual ke rumah warga.

Baca juga: Warga di Belitung manfaatkan air bekas galian tambang untuk MCK

Wartawan yang mengintip aktivitas itu gagal membuntuti truk tangki dan mobil "pick up" sampai ke rumah pelanggannya.

Kondisi yang sama juga terjadi di Sei Unggar, Wak Copek kawasan perbatasan antara Tanjungpinang dan Bintan. Di kawasan ini, kondisi lebih parah.

Lebih dari 30 truk tangki air dan mobil "pick up" lalu lalang ke lokasi kubangan air bekas pertambangan bauksit. Di lokasi itu terdapat belasan truk tangki dan mobil "pick up" yang masih menyedot air yang tergenang di atas lumpur bauksit.

Truk tangki dan mobil "pick up" itu bertuliskan "jual air bersih". Di lokasi itu sudah terdapat puluhan pipa.

Di lokasi itu, terjadi perdebatan antara wartawan dengan sopir mobil "pick up" yang melarang wartawan memotret aktivitas mereka.

"Jangan ambil gambar, nanti kami masuk media, seperti kemarin ada yang masuk media," kata salah seorang pedagang, yang juga sopir "pick up" yang menutup sebagian wajahnya dengan masker.

Wartawan tetap memotret, dan sopir tersebut sempat menepiskan tangan ke arah ponsel wartawan. Perdebatan pun berakhir setelah wartawan melaporkan kasus itu kepada pihak kepolisian.

Sopir itu minta maaf, dan membuang air dari dalam drum petak.

"Saya tak akan jual air ini pak. Saya minta maaf. Saya hanya cari makan," katanya.

Namun ketika ditanya apakah mencari makan dengan cara yang tidak baik ini membuat dirinya tidak merasa bersalah, sopir tersebut terdiam.

"Bapak bisa bayangkan jika air yang mengandung timbal ini dikonsumsi pelanggan? Merasa berdosa atau tidak," ucap Iskandar, salah seorang wartawan media daring.

Baca juga: Lahan Kampung Gisi Bintan rusak akibat pertambangan bauksit​​​​​​
Baca juga: LGS, inovasi agar air bekas limbah tambang layak dikonsumsi

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019