Aktivitas Gunung Slamet hingga saat ini masih fluktuatif yang terlihat dari amplitudo tremor menerus yang terekam oleh Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
Purwokerto (ANTARA) - Gempa embusan yang terjadi di Gunung Slamet, Jawa Tengah, mengalami penurunan dan didominasi oleh tremor menerus, kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sukedi.

"Sekarang gempanya dominan pada gempa tremor, gempa dangkal. Memang, gempa embusan cenderung hilang," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu (31/8).

Kendati demikian, hal itu bukan berarti status Gunung Slamet akan segera diturunkan dari waspada (Level II) menjadi aktif normal, katanya.

Menurut dia, aktivitas Gunung Slamet hingga saat ini masih fluktuatif yang terlihat dari amplitudo tremor menerus yang terekam oleh Pos PGA Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

"Amplitudo tremor menerusnya masih berkisar 0,5 - 5 milimeter. Dalam setiap periode pengamatan (selama enam jam per periode, red.), kadang dominan 3 milimeter, sempat turun hingga 0,5 milimeter, dan sekarang dominan 4 milimeter," katanya.

Baca juga: PVMBG: Gunung Slamet masih berstatus waspada

Lebih lanjut, Sukedi mengatakan berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Sabtu (31/8), pukul 06.00-12.00 WIB, gempa embusan yang terekam di Pos PGA Slamet sebanyak 10 kali dengan amplitudo 2-8 milimeter dan durasi 10-25 detik, sedangkan tremor menerus terekam dengan amplitudo 0,5 - 5 milimeter yang dominan pada 4 milimeter.

Sementara dalam pengamatan pada hari Sabtu (31/8), pukul 00.00 - 06.00 WIB, hanya terekam tremor menerus dengan amplitudo 0,5 - 6 milimeter yang dominan pada 4 milimeter. Kondisi tersebut juga terekam pada periode pengamatan hari Jumat (30/8), pukul 18.00 - 00.00 WIB.

Dalam periode pengamatan hari Jumat (30/8), pukul 12.00 - 18.00 WIB, Pos PGA Slamet merekam gempa embusan sebanyak 28 kali dengan amplitudo 3 -10 milimeter dan durasi 10-40 detik, sedangkan tremor menerus tercatat dengan amplitudo 0,5 - 6 milimeter.

Jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya atau sejak status Gunung Slamet ditingkatkan dari aktif normal menjadi waspada pada tanggal 9 Agustus 2019, gempa embusan yang terjadi dalam dua hari terakhir terlihat mengalami penurunan drastis dari sebelumnya yang mencapai lebih dari 100 kali dalam satu periode pengamatan.

Baca juga: PVMBG: Aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih fluktuatif

Sebelumnya, Sukedi mengatakan aktivitas Gunung Slamet yang fluktuatif itu merupakan karakter gunung yang berada di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes tersebut sehingga petugas Pos PGA Slamet maupun masyarakat harus sabar.

"Sabar ada dua, sabar menanti apakah statusnya akan naik, ataukah sabar statusnya akan turun kembali menjadi normal," katanya.

Ia mengakui peningkatan aktivitas Gunung Slamet kali ini hampir sama dengan peristiwa yang sama pada tahun 2008-2009 karena saat itu, status waspada berlangsung cukup lama hingga akhirnya diturunkan menjadi aktif normal atau tidak sampai ditingkatkan menjadi siaga.

Sementara pada tahun 2014, status waspada berlangsung cepat dan sempat dinaikkan menjadi siaga hingga akhirnya turun menjadi waspada dan selanjutnya kembali aktif normal.

"Dulu, tahun 2008-2009, status waspadanya cukup lama, makanya kita dituntut untuk sabar, sabar menanti naik atau sabar menanti turun," tegasnya. 

Baca juga: Aktivitas warga lereng Gunung Slamet Purbalingga berjalan normal
Baca juga: BPBD Banyumas siagakan sukarelawan antisipasi erupsi Gunung Slamet

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019