Tomohon (ANTARA) - Peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) dari Provinsi Jawa Tengah di Sulawesi Utara diberi kesempatan mengenali komoditas bunga dan hortikultura (florikultura) yang ada di Kota Tomohon.

"Florikultura telah memberikan dampak positif bagi warga petani yang ada di Kota Tomohon," kata Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Tomohon Utara, Erny Wajong di Tomohon, Senin.

Di kebun percontohan yang ada di sekitar perkantoran, siswa diperkenalkan bunga khas kota yang berada kira-kira 700 meter di atas permukaan laut seperti krisan, aster, kembang sepatu hingga rose.

Sementara, produk hortikultura yang jamak ditanam petani di antaranya bunga kol, kubis, ercis, hingga  cabai.

"Kami bangga karena panitia memilih BP3K Kecamatan Tomohon Utara menjadi tempat berbagi pengetahuan tentang florikultura," sebut Erny di Tomohon.

Di wilayah kerjanya, diperkirakan petani mengelola sekitar 40 hektare komoditi cabai, sementara bunga krisan dan aster sekitar 25 hektare.

Petani bunga, lanjut dia, mendapatkan manfaat secara ekonomis cukup besar manakala pemerintah kota menggelar iven "Tomohon International Flower Festival" yang salah satu agendanya adalah "Tournament of Flower" (ToF).

"Bunga yang ditanam petani seperti krisan dan aster dipasok langsung untuk menghiasi kendaraan, pendapatan mereka cukup banyak," ujarnya.

Saat itu (ToF), lanjut dia, diperkirakan sebanyak 157.614 kuntum bunga krisan kuning, putih yang digunakan, di luar tanaman aster, kira-kira untuk satu tangkai krisan dihargai sebesar Rp3.500.

"Mudah-mudahan siswa bisa belajar mulai dari proses tanam hingga panen, manfaatkanlah baik-baik momentum program siswa mengenal nusantara ini," harapnya.

Peserta program SMN sebelumnya mendapatkan pembekalan dari Maxsy Tangkawarouw, salah satu penyuluh pertanian di BP3K.

Peserta diberikan pengetahuan tentang bagaimana menyiapkan tempat penyemaian bibit, penggunaan pupuk organik dan kimia, memindahkan benih di bedeng tanam, hingga cara pengembangbiakan beberapa varian komoditas tanpa media tanah.

"Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat," harapnya.
 

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019