Jakarta (ANTARA) - Pengamat lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Suprihatin mengatakan Pemprov DKI Jakarta harus konsisten menerapkan kebijakan penggunaan besek sebagai wadah daging kurban.

Menurut dia, meski penggunaan besek (tempat yang terbuat dari anyaman bambu bertutup bentuknya segi empat) bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat plastik, efeknya akan menjadi percuma jika tidak konsisten penerapannya.

"Sebenarnya harus konsisten ke yang lain juga tidak hanya pas Iduladha. Ada juga yang sedang lagi digalakkan oleh Kemenristekdikti, itu mengurangi penggunaan air dalam kemasan botol sekali pakai," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Suprihatin mengatakan bahwa mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa dengan kantong plastik membutuhkan waktu dan proses yang tidak singkat.

Untuk itu, dia memandang perlu adanya edukasi serta sosialisasi untuk mengubah kebiasaan tersebut.

Baca juga: Besek mendadak diburu

Baca juga: Besek bambu masih sulit ditemukan di sejumlah pasar

Baca juga: Pasar Jaya berburu besek bambu di berbagai daerah


"Masyarakat kita 'kan campuran, antara memang ada yang karena kesadaran, karena keterpaksaan, dan kebutuhan. Memang variasinya masih ada yang pro dan kontra," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Anies Baswedan melalui Seruan Gubernur DKI No. 4 tahun 2019 tentang Pemotongan Hewan Kurban dalam Rangka Hari Raya Iduladha 1440 Hijriah/2019 merekomendasikan besek bambu sebagai wadah untuk daging kurban.

Daging-daging kurban yang akan dibagikan pada Lebaran Besar 2019 menggunakan besek untuk mengurangi kemasan sekali pakai, seperti kantong plastik yang tidak ramah terhadap lingkungan.

Merespons imbauan tersebut, Perumda Pasar Jaya telah menyediakan sebanyak 85.000 besek bambu yang disalurkan melalui 75 pasar tradisional dan 37 toko ritel di bawah Pasar Jaya dengan harga jual Rp2.000,00.

Pewarta: Yogi Rachman
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019