London (ANTARA News) - Tidak semua ilmuwan Indonesia di luar
negeri mau pulang ke tanah air untuk mengabdikan ilmunya di tanah air,
berbagai alasan dan juga pertimbangan, namun tidak untuk Dr. Yanuar
Nugroho, seorang peneliti dan pengajar senior asal Indonesia di
Universitas Manchester, Inggris, yang memutuskan untuk mengabdi di tanah
air.
Pada awal Oktober, Mas Yanuar, demikian Dr Yanuar Nugroho biasa disapa
rekan rekannya di Inggris menulis surat kepada seluruh rekan rekan yang
dikenalnya yang mengabarkan bahwa ia akan pulang ke tanah air dan akan
membantu di Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP-PPP atau UKP4) yang dipimpin Prof. Dr. Kuntoro
Mangkusubroto.
Banyak yang terkejut dengan pilihan Yanuar untuk kembali ke tanah air
untuk mengabdi di yang baru di UKP4 yang nantinya Yanuar bertanggung
jawab untuk menyiapkan pemetaan isu-isu strategis pembangunan Indonesia
pasca 2014 seperti yang selama ini dilakukannya di Inggris dan Uni
Eropa.
"Saya memutuskan pulang dan bergabung dengan UKP4 meski pada saat yang
sama hanya selisih lima hari sebelum saya dipromosikan sebagai Senior
Lecturer di Manchester Business School (MBS)," ujarnya kepada ANTARA
London, baru baru ini.
Pada bulan Juni yang lalu karena prestasinya yang luar biasa Dr Yanuar
Nugroho dipromosikan sebagai Senior Lecturer di Manchester Business
School (MBS). Meski mendapat promosi luar biasa di MBS yang berarti juga
meningkatnya kesejahteraan finansial, Dr Yanuar justru memilih
bergabung dengan UKP4 karena merasa mendapatkan kesempatan untuk
berkontribusi secara lebih langsung dalam pembangunan di Indonesia.
Dikatakannya tugas barunya di UKP4 dirasa `pas dengan latar belakang
keilmuan dan kepedulian sosialnya, baik sebagai akademisi dan pegiat
masyarakat sipil baik di Indonesia maupun di UK.
Yanuar, sarjana Teknik Industri ITB 1990-1994, datang pertamakali ke
Inggris saat mengambil MSc di bidang Sistem Teknik Informatika di UMIST
(University of Manchester Institute of Science and Technology) atas
beasiswa Chevening pada tahun 2000 dan lulus dengan predikat
'distinction atau cum laude' pada tahun 2001.
Ia kembali lagi ke Manchester tahun 2004 untuk meneruskan studi doctoral
dalam bidang inovasi dan perubahan sosial yang diselesaikannya dalam
dua tahun 10 bulan pada tahun 2007, yang membuatnya memegang rekor PhD
tercepat di MBS.
Studi doktoralnya dibiayai dari banyak sumber seperti beasiswa dari
Universitas Manchester, beasiswa dari almarhum Paus Johannes Paulus II
di Vatikan, beasiswa dari Friedrich-Ebert Stiftung Jerman, dan beasiswa
dari sebuah yayasan sosial di Swiss, disamping bekerja sebagai asisten
di kampus.
Meski 'ngebut' kuliah, Yanuar sebenarnya praktis melakukannya secara
'part time', karena ia juga bekerja sebagai asisten peneliti selama
studi PhDnya selain sempat menjadi penjaga toko besi 'B&Q' di
Inggris selama bulan-bulan awal studinya.
Karena prestasi dan kecepatan studinya yang mengesankan ini, ia langsung
mendapatkan postdoctoral fellowship di Manchester Institute of
Innovation Research (MIOIR) di MBS selama 18 bulan. Namun penugasan ini
kembali ia selesaikan hanya dalam waktu delapan bulan dan ia langsung
diangkat sebagai peneliti tetap (Research Associate).
Penelitian Yanuar berkisar pada tema besar tentang pengaruh inovasi pada
corak perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya dan lingkungan.
Dengan keahlian ini Yanuar terlibat di lebih dari 18 penelitian yang
dibiayai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris dan Eropa, serta pemerintah
Inggris dalam kurun 2005-2010, selain tetap mengajar dan membimbing
mahasiswa S1, S2, dan S3 di MBS.
Yanuar juga terlibat cukup intensif dalam analisis dan intervensi
kebijakan pembangunan inklusif di UK dan Uni Eropa, khususnya yang
terkait dengan teknologi informasi, energi, inovasi keuangan khususnya
microfinance dan usaha kecil-menengah.
Yanuar sudah menerbitkan puluhan tulisan akademik hanya dalam waktu
kurang dari lima tahun seusai doktoralnya. Satu tulisannya tentang
Knowledge Management memenangkan `Highly Commended Paper Winner 2012'
dari Emerald Network of Excellence.
Atas berbagai capaian ilmiahnya ini, tahun 2009 Yanuar terpilih sebagai
Akademisi Terbaik di MBS Univ Manchester (`Outstanding Academic of the
Year 2009).
Hallsworth Fellowship
Tidak lama setelah itu, hanya berselang enam bulan, ia menjadi orang
Asia pertama yang mendapatkan Hallsworth Fellowship yang sudah
dianugerahkan sejak 1944 di bidang ilmu ekonomi-politik.
Riset Hallsworthnya adalah tentang dinamika inovasi 'sektor ketiga'
(masyarakat sipil, akar rumput) di Asia Tenggara, yang dilakukan
2010-2012. Karena capaian ini ia dipromosikan secara luar biasa menjadi
Research Fellow pada tahun 2010.
Riset Hallsworth ini rupanya kembali membawanya dekat pada isu-isu
negara berkembang di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Selama menjadi
Hallsworth Fellow, Yanuar kembali terlibat dalam dinamika sosial di
tanah air, khususnya masyarakat sipil, lewat berbagai risetnya yang
lebih banyak dikenal publik di ranah media sosial (social media/socmed)
dan media secara umum serta perubahan sosial yang terlibat di dalamnya.
Ia menulis laporan pertama tentang media sosial dan masyarakat sipil
('Citizens in @ction') atas sponsor dari HIVOS Asia Tenggara dan
memimpin tim peneliti konsorsium Centre for Innovation Policy and
Governance (CIPG)-HIVOS-Univ Manchester atas sponsor Ford Foundation
yang mengkaji dinamika industri dan kebijakan media di Indonesia.
Yanuar juga menjadi tim penyeleksi hibah 1 juta dollar dan penasihat di
bidang media di Ford Foundation Indonesia. Peran yang sama ia lakukan
untuk fellowship kebijakan Google Asia Tenggara dan ICTWatch.
Dengan seluruh keterlibatan ini, tidak heran jika Yanuar memilih
menerima tawaran dari UKP4 yang memungkinkannya membawa seluruh
pengalamannya di UK ke Indonesia untuk terlibat lebih langsung dalam
pembangunan di tanah air, ketimbang memilih promosi sebagai akademisi di
Inggris meski hidup dan karir di sana mungkin lebih nyaman dan
menjanjikan daripada di Indonesia.
Di UKP4 Yanuar mendapat banyak tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
Asisten Ahli. Salah satu tugas pokoknya adalah untuk menyiapkan kajian
tentang isu-isu strategis pembangunan di Indonesia di masa depan yang
akan diajukan sebagai bahan penulisan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019.
Walau menyandang posisi sebagai Asisten Ahli di UKP4, saat ini Yanuar
tetap berstatus sebagai Research Fellow MIOIR/MBS Univ Mancheter karena
masih mempunyai tanggung jawab membimbing mahasiswa/i doctoral, menulis
buku, dan menyiapkan proposal riset.
Meski MBS/Univ Manchester menginginkan Yanuar kembali ke Inggris setelah
penugasannya di UKP4 selesai selama satu hingga dua tahun ini, ia
sendiri dan keluarganya nampaknya lebih memilih kembali ke Indonesia
selamanya, walau belum memutuskan akan bergabung dengan institusi
pendidikan/riset yang mana.
Bagi Yanuar dan keluarganya, kembali ke tanah air, setelah sekian lama
di UK, adalah sebuah pilihan, bukan keterpaksaan atau karena tiadanya
pilihan lain.
Yanuar menikah dengan Dominika Oktavira Arumdati (33) yang selama ini
selalu setia mendukung dan menyemangatinya. Mereka dikaruniai dua orang
anak, Diandra Aruna Mahira ( 7) dan Linggar Nara Sindhunata (5).
Sementara ini keluarganya menetap di Pontianak, sebelum merencanakan
pindah ke Yogyakarta awal tahun depan. (*)
Ilmuwan Indonesia Berprestasi di Inggris Pulang Kampung
Kamis, 11 Oktober 2012 4:50 WIB