Bontang (Antaranews Kaltim) - Apa yang anda bayangkan ketika mendengar kata jelantah? Sebagian orang menganggap jelantah adalah hasil olah yang membawa beberapa masalah.
Ingin digunakan kembali, merusak kesehatan, dibuang merusak tanah dan lingkungan sekitar, ujung-ujungnya adalah simalakama. Namun, di tangan Pupuk Kaltim, jelantah menjadi 'pelita' baru yang menerangi gelapnya samudera.
Malahing adalah sebuah perkampungan di atas laut Kota Bontang, terletak di RT 30 Kelurahan Tanjung Laut Indah. Perkampungan ini dihuni sebanyak 50 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 217 jiwa.
Tengah lautan adalah kata kuncinya, berdasar letak geografis, sungguh infrastruktur merupakan isu utama di area ini, salah satunya adalah sumber listrik.
Siapa yang tidak membutuhkan listrik pada saat ini? Komunikasi dengan sanak keluarga, bermain media soail atau sekadar mencari informasi memerlukan berbagai macam perangkat/gadget terbaru, di mana sumber listrik diperlukan sebagai penggerak utamanya.
Kita tidak akan bisa melihat televisi tanpa adanya listrik, begitu pula dengan mengisi ulang perangkat ulang telepon seluler.
Pemkot Bontang mengakomodasi listrik di Malahing dengan membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) komunal kapasitas 15 Kwp. Pembangkit ini cukup untuk menjadi pelita perkampungan Malahing saat ini.
Pada Juli 2017, PLTS mengalami kerusakan pada komponen inverter sehingga aliran listrik tidak tersalurkan ke rumah warga di Malahing.
Pupuk Kaltim berupaya merespon keluhan masyarakat dengan menggandeng salah satu perguruan tinggi lokal di Kota Bontang, yaitu STITEK. Bersama STITEK, Pupuk Kaltim mencoba memberikan kembali akses listrik pada warga dengan cara memperbaiki komponen PLTS yang rusak.
Tidak hanya melakukan perbaikan, namun juga disertai dengan pembekalan kemampuan khusus perawatan dan pengoperasian pada teknisi warga lokal. Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan lancar, warga Malahing pun dapat menikmati kembali layanan listrik.
Akan tetapi, satu bulan setelah perbaikan, terjadi kondisi yang tidak diinginkan akibat cuaca alam yang ekstrim, saat hujan feeder atau jaringan listrik Malahing terkena sambaran petir yang mengakibatkan peralatan dan komponen PLTS komunal mengalami kerusakan parah.
Warga Malahing kembali tidak mendapatkan pasokan listrik dan sedikit banyak kondisi itu merepotkan warga. Pupuk Kaltim tidak tinggal diam dan mencari solusi perbaikan komponen PLTS.
Setelah mendapat masukan dan informasi terkait perbaikan komponen PLTS, masalah pengiriman menjadi yang utama. Komponen PLTS tidak dapat dibuat dalam waktu yang cukup cepat, memerlukan proses tiga hingga empat bulan lamanya.
Minyak Jelantah
Sembari menunggu, Pupuk Kaltim mencari solusi alternatif. Pilihan paling logis adalah menggunakan teknologi generator set (genset) konvensional berbahan bakar diesel. Pertimbangannya adalah bentuknya mudah untuk dimobilisasi dan tidak memerlukan modifikasi khusus jika dipasang di sistem yang telah ada.
Namun, cara ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu genset diesel memiliki aspek operasional yang cukup tinggi dalam penggunaan bahan bakar jenis solar.
Melalui diskusi lanjutan, Pupuk Kaltim mencoba menekan operasional penggunaan bahan bakar solar dengan menggunakan bahan bakar alternatif. Jelantah menjadi jawaban. Minyak bekas olahan rumah tangga ini melalui tangan dingin riset Pupuk Kaltim diolah menjadi bahan bakar subtitusi pengganti solar.
Berdasar dari bahan pembentuknya, bahan bakar alternatif dari bahan baku terbarukan, tersusun dari berbagai ester asam lemak yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan dan lemak hewan.
Bahan bakar alternatif ini secara istilah disebut biodiesel, yang salah satu bahan bakunya adalah limbah minyak goreng (biasa disebut minyak jelantah). Minyak ini merupakan limbah proses penggorengan dan apabila ditinjau dari pemakaian yang berkelanjutan, dapat merusak kesehatan manusia.
Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel dapat menekan biaya produksi, karena secara ekonomi sudah tidak bernilai.
Biodiesel memiliki sifat fisis, sama dengan minyak solar, sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai pengganti solar (B-100) atau campuran solar (B-10 dan B-20) untuk kendaraan atau alat bermesin diesel, seperti truk, kapal atau ketinting dan mesin diesel.
Biodiesel juga bisa digunakan sebagai minyak bakar karena mempunyai nilai kalori minimal 37 MJ/kg, sedangkan bahan bakar fosil mempunyai nilai kalori sekitar 42,7 MJ/kg. Sedangkan secara komposisi kimia, biodiesel berbeda dengan minyak solar.
Pada umumnya minyak solar terdiri atas 30-35 persen senyawa hydrocarbon aromatik dan 65-75 persen parafin, disertai sedikit olefin (senyawa aromatik: benzene, toluene, xylene, ethylbenzene). Sedangkan biodiesel sebagian besar terdiri atas C16-C18 fattyacidmethyl ester dengan 1-3 ikatan rangkap setiap molekulnya.
Setelah melalui pengolahan, minyak jelantah yang bertransformasi menjadi biodiesel siap untuk diterapkan pada mesin generator di area Malahing, sembari menunggu perbaikan PLTS dilaksanakan. Menggunakan kapasitas daya 6.500 VA, generator berbahan bakar biodiesel dinyalakan pada sore sampai malam hari (17.00-24.00 Wita), dengan konsumsi serapan yang terpakai oleh mesin sekitar 8 liter untuk beban sebesar 4.500 watt. Kebutuhan listrik Malahing berada di angka 4.000-7.500 watt jika seluruh kepala keluarga menggunakan energi listrik sepenuhnya.
"Rumah warga sudah menyala lagi lampunya dan anak-anak bisa belajar serta mengaji pada malam hari. Ini semua berkat bantuan Pupuk Kaltim yang melakukan inovasi memanfaatkan minyak jelantah untuk bahan bakar genset," ujar Sarli, warga Malahing.
Pada akhirnya, jelantah yang dipandang sebelah mata dapat memberikan kontribusi besar terhadap kelistrikan masyarakat Malahing. Program pemanfaatan sisa jelantah dapat mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan, meningkatkan potensi kreatifitas masyarakat untuk belajar teknik pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar alternatif. Bersama Pupuk Kaltim, jelantah menjadi pelita di tengah samudera. (*)
Pupuk Kaltim hidupkan listrik Malahing melalui inovasi minyak jelantah
Kamis, 19 April 2018 19:44 WIB