Samarinda (Antaranews Kaltim) - Wakil Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Emily Abraham mengagumi bagian hulu Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang kondisinya masih cukup alami.
"Sangat kontras kondisi SKM (Sungai Karang Mumus) antara kawasan yang hilir dan hulu, saya miris melihat keadaan di hilir, namun juga kagum dan bahagia ketika di hulu karena bisa menikmati udara segar," ujar Emily Abraham ditemui di Sekolah Sungai di kawasan Muang, Kelurahan Lempake Samarinda, Sabtu.
Kehadiran Emily ke SKM untuk mendampingi Saran La Valley, kelompok City Planner dari Kota Northampton, Massachusetts, AS, yang melakukan observasi budaya atau perlakuan masyarakat terhadap sungai.
Menurut Emily, kekagumannya terhadap bagian hulu SKM karena kawasan itu seolah masih "perawan", di kanan dan kiri sungai banyak terdapat tumbuhan alami mulai rumput liar hingga aneka pohon tinggi, terutama di Keinan Kanopi.
Fungsi dari berbagai tumbuhan itu antara lain sebagai penyerap polutan air, mencegah erosi dinding sungai, dan sebagai penyerap karbon agar manusia bisa menghirup udara segar.
Sementara keprihatinan di bagian hilir karena masih banyak sampah yang berserakan di tepi sungai maupun yang hanyut, masih banyak jamban, dan lingkungan yang kumuh sehingga kondisi ini harus menjadi perhatian semua pihak dalam memberikan pemahaman bahwa sungai fungsinya sangat luas sehingga tidak boleh dirusak maupun dicemari.
"Saya kagum dengan keadaan di daerah hulu yang sejuk. Banyak pohon besar dan rindang yang cocok untuk santai sambil menikmati udara segar. Kalau bisa kanopi ini dipertahankan, bahkan ditambah dengan cara menanam di sepanjang bibir sungai karena kita hidup ini sangat butuh air dan udara segar. Kontras ya kondisi hulu dan hilir," ujarnya sambil tersenyum dengan bahasa Indonesia yang cedal.
Untuk merangsang warga Samarinda agar peduli terhadap sungai, kemudian menambah pohon di riparian SKM, Emily bersama Sarah memberikan contoh menanam bibit pohon bungur di tepi SKM dengan harapan pohon tersebut kelak akan tumbuh besar dan bisa menjadi salah satu bagian kanopi yang memanjang di bibir SKM.
Menurut Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS) SKM Samarinda Misman saat mengarahkan Emily dan Sarah menuju titik penanaman pohon, bahwa pohon yang ditanam oleh dua orang tersebut, hari ini terlihat sepele karena hanya berukuran tak lebih dari 50 cm, tapi 5-10 tahun mendatang akan menjadi bagian dari deretan ribuan pohon yang sudah ditanam pihaknya.
Hingga kini, lanjut Misman, GMSS-SKM masih terus melakukan penanaman di sepanjang jalur SKM, bahkan terus melakukan pembibitan pohon khas sungai seperti bungur, kedemba, singkuang, putat, rengas, dan puluhan spesies lainnya. Sebagian dari bibit pohon tersebut sudah ditanam di daerah aliran SKM dan sebagian lagi masih di area Sekolah Sungai.
"Bibit pohon yang hari ini ditanam oleh Emily dan Sarah, ke depan akan menjadi satu kesatuan dari ribuan, bahkan jutaan pohon yang telah, sedang, dan akan terus kami tanam bersama warga lain yang peduli, sehingga di sepanjang DAS Karang Mumus akan menjadi hutan lindung. Jika hutan lindung ini tercipta, maka satwa yang dulu pernah ada di ruang sungai, saya yakin secara perlahan mereka akan kembali," tutur Misman. (*)
Wakil Atase Kebudayaan AS kagumi hulu SKM Samarinda
Sabtu, 24 Februari 2018 18:21 WIB