Jakarta (ANTARA News) - Ekonom UGM Profesor Mudrajad Kuncoro menjelaskan
devaluasi Yuan akan menyebabkan harga barang-barang asal Tiongkok
semakin murah sehingga neraca perdagangan Indonesia terhadap Tiongkok
yang akan makin defisit.
"Harga barang Tiongkok yang murah akan
membuat kita lebih banyak mengimpor. Saya khawatir kalau tidak ada
strategi perdagangan dan industri yang tepat, maka kita akan semakin
defisit," kata guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada itu
saat dihubungi Antara News, Kamis.
Senada dengan Mudrajad,
peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas
Indonesia (LPEM UI), Teguh Dartanto mengatakan, kondisi tersebut
seolah-olah akan menguntungkan konsumen.
"Dalam jangka pendek,
kondisi itu akan menyenangkan bagi konsumen, tapi sebenarnya jangka
panjangnya akan berbahaya bagi para produsen kita, ekspor kita turun,
impornya malah justru naik. Defisit neraca perdagangan yang semakin
tinggi akan membuat Rupiah anjlok," kata Teguh.
Teguh
memperkirakan, Rupiah yang saat ini ada di kisaran Rp13.800 bisa semakin
terdepresiasi jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh
sebab itu, masyarakat diimbau untuk lebih pintar dalam menghadapi
serbuan produk Tiongkok yang akan jauh lebih murah jika dibanding
produksi dalam negeri.
"Saya tidak melarang masyarakat membeli
produk Tiongkok, tapi masyarakat harus membeli barang yang berkualitas
dan cek konten dari produk-produk yang akan dibeli, jadilah konsumen
cerdas, jangan cuma tergiur harga murah tapi juga harus memperhatikan
faktor kualitas dan kesehatan," kata Teguh.
Dia mengingatkan masyarakat agar memasukkan pertimbangan membantu perekonomian dalam negeri saat berbelanja.(*)
Devaluasi Yuan Bahayakan Produsen dalam Jangka Panjang
Kamis, 13 Agustus 2015 16:04 WIB