Samarinda (ANTARA) - Sebanyak 12 orang guru Sekolah Rakyat Terintegrasi 24 Samarinda, Kalimantan Timur siap memulai kegiatan belajar dan mengajar pada 15 Agustus 2025, yang diawali dengan kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
"Proses belajar juga akan diawali dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dan program persiapan selama beberapa bulan," kata Wakil Kepala Pengembangan Mutu/Kurikulum Sekolah Rakyat Terintegrasi 24 Samarinda Indra Bagus Yudistira di Samarinda, Jumat.
Ia menyatakan bahwa 12 guru yang sudah terkonfirmasi saat ini mendiami asrama berasal dari berbagai wilayah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Samarinda, dan Kutai Barat. Mereka telah tiba dan menempati asrama guru sejak 31 Juli 2025.
"Mereka mayoritas berasal dari luar Kalimantan Timur, jadi kami sediakan asrama untuk memudahkan mereka," ujarnya.
Indra menjelaskan untuk operasional penuh, pihaknya sebenarnya membutuhkan 17 guru. Ini berarti masih ada kekurangan lima guru lagi.
Sekolah Rakyat tersebut sedang menyiapkan beberapa skema untuk mengatasi kekurangan guru.
"Untuk sementara, guru yang ada akan mengajarkan beberapa mata pelajaran yang dirasa mampu. Saat ini, rekrutmen guru tahap dua masih berlangsung, dan kemungkinan akan diambil dari situ," tambahnya.
Adapun bidang studi yang telah terisi meliputi PPKN, bahasa Inggris, Matematika, Biologi, TIK (dengan dua guru yang fokus pada coding dan informatika umum), bahasa Indonesia, serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang mencakup Sejarah, Geografi, dan Sosiologi.
Sekolah Rakyat Samarinda sementara ditempatkan di lokasi kompleks Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltim, akan menampung 100 siswa, terdiri atas 50 siswa SMP dan 50 siswa SMA. Mereka akan dibagi menjadi empat rombongan belajar (rombel), masing-masing dengan 25 siswa.
"Setiap rombel diisi oleh 25 anak, sehingga total ada empat rombel, yakni dua rombel untuk SMP dan dua rombel untuk SMA," jelas Indra.
Pembelajaran dimulai dengan MPLS selama dua minggu, yang dilanjutkan dengan program persiapan selama sekitar dua bulan. Program ini dirancang untuk membiasakan para siswa dengan sistem asrama dan lingkungan sekolah.
"Tujuannya adalah agar siswa, yang datang dari berbagai latar belakang, dapat beradaptasi dengan baik. Jadi, setelah program persiapan selesai, barulah mereka akan mulai dengan materi pelajaran," kata Indra.
