Samarinda (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur fokus menggarap program rintisan Sekolah Rakyat yang digagas pemerintah pusat, dengan tiga lokasi di Samarinda dipersiapkan menjadi titik awal pendidikan berkualitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
"Ada tiga lokasi rintisan yang akan beroperasi tahun ajaran 2025-2026. Di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) akan ada dua kelas SMP dan dua kelas SMA, dengan total 100 siswa," jelas Kepala Dinas Sosial Kaltim Andi Muhammad Ishak di Samarinda, Jumat.
Kemudian, Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) atau dulunya BLK di Jalan Untung Suropati, Samarinda juga akan dimanfaatkan dengan dua kelas SD, satu kelas SMP, dan satu kelas SMA.
"Yang terakhir, SMA Negeri 16 Samarinda akan menjadi lokasi rintisan dengan dua kelas SD dan satu kelas SMA. Lokasi-lokasi rintisan ini akan berfungsi sebagai sekolah sekaligus asrama," tambah Andi.
Perekrutan siswa diprioritaskan bagi mereka yang masuk desil 1 dan 2 Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendaftarkan anak-anaknya, mengingat ini adalah program nasional yang sepenuhnya didanai pusat.
Andi menambahkan, program rintisan memanfaatkan sarana yang sudah ada di Samarinda.
Terkait pembangunan Sekolah Rakyat secara permanen, Andi menjelaskan bahwa dari empat kabupaten/kota yang diusulkan dan satu provinsi, baru satu lokasi di Samarinda yang lahan dan bangunannya siap untuk digarap tahun ini.
"Lokasi di sekitar Stadion Utama Palaran Samarinda sudah siap, dan mulai dibangun tahun 2025 dengan kapasitas menampung 1.000 siswa dari level SD, SMP, hingga SMA," terang Andi.
Menurut dia, pembangunan senilai sekitar Rp210 miliar itu diperkirakan dapat dimulai Juli 2025.
Selain itu, dua kabupaten/kota lainnya, yakni Paser dan Kutai Timur, juga telah berkonsultasi dan akan segera menyusul mengusulkan lahan. Pemerintah Provinsi Kaltim juga mengusulkan lokasi di Bukit Biru, Tenggarong yang sedang dalam proses pematangan lahan.
Andi menegaskan, program Sekolah Rakyat bertujuan untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem, dengan harapan dapat memutus mata rantai kemiskinan.
"Mereka mendapatkan pendidikan formal yang berkualitas, ditambah pendidikan karakter, kepemimpinan, nasionalisme, dan spiritual. Ini kesempatan emas bagi masyarakat miskin ekstrem yang menjadi target program," demikian Andi.