Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Syafiq, 3 tahun dan 1 bulan, merupakan anak paling senior di kelas Rumah Anak Sigap di Desa Bukit Raya, Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur.
Kelas Rumah Anak Sigap (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) merupakan ruang pengasuhan dan edukasi bagi anak usia 0-3 tahun, yakni ruang pengasuhan anak yang diintegrasikan dengan pos pelayanan terpadu (posyandu).
Sedangkan Syafiq merupakan salah seorang anak dari belasan anak yang menjadi warga pengasuhan anak di Posyandu Bahagia Sejahtera Rumah Anak Sigap Desa Bukit Raya.
Syafiq yang merupakan anak paling senior di kelas ini, maka ia tampak lincah memainkan beragam permainan yang tersedia, mulai dari puzle, menyusun balok, menyusun gelas plastik, mandi bola, hingga perosotan.
Secara umum, anak-anak yang mendapat pengasuhan di kelas itu tampak ceria saat bermain, bernyanyi, mengenal warna, angka, dan sejumlah permainan edukasi lain yang dipandu oleh pengasuh.
Anak-anak ini didampingi oleh orang tua masing-masing. Ada yang hanya ayahnya, ada yang hanya ibunya, dan ada pula ayah dan ibunya ikut mendampingi.
Sementara Ahmad Slamet, ayah Syafiq, yang kala itu mendampingi anaknya bermain di kelas pengasuhan, mengatakan bahwa anaknya sering ke sini, kadang sekali seminggu, kadang dua kali. Syafiq suka ke sini karena selain banyak permainan juga diasuh dengan baik oleh para pengasuh.
Syafiq datang ke kelas pengasuhan tidak selalu ditemani ayahnya, namun lebih sering ditemani ibunya. Kecuali saat ayahnya libur kerja, maka yang menemani Syafiq adalah Slamet.
Ia sering memperhatikan para pengasuh ketika mengajak anak berbicara, yakni selalu duduk. Bahkan ia juga mendapat pengetahuan bagaimana cara membuat anak memiliki percaya diri, misalnya tidak boleh ada kata "jangan", tapi harus diberi pengertian tentang sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Cara memberi pengertian pada anak pun tidak boleh kasar, karena kekasaran dari orang tua maupun lingkungan akan berdampak pada mental anak, bahkan anak pun akan mencontoh perilaku tersebut.
Untuk itu, ia pun mengikuti saran para pengasuh, yakni memberi pengertian pada anak secara lembut, kemudian harus duduk agar posisi kepala orang tuan sejajar dengan posisi kepala anak, sehingga anak akan mudah mengerti.
Enam pengasuh
Di ruang pengasuhan Rumah Anak Sigap yang menyatu dengan Posyandu Bahagia Sejahtera Desa Bukit Raya ini terdapat enam pengasuh. Para pengasuh ini semuanya kaum ibu yang disebut Fasilitator Rumah Anak Sigap.
Masing-masing fasilitator memiliki spesifikasi berbeda melakukan pendampingan, meski secara umum mereka harus mampu mendampingi semua anak yang masuk di kelas Rumah Anak Sigap.
Enam pengasuh itu adalah pengampu atau mengasuh anak usia 0-6 bulan, kemudian pengasuh untuk anak usia 7-12 bulan, pengasuh anak usia 13-24 bulan, pengasuh anak usia 25-36 bulan, dan satu lagi merupakan koordinator fasilitator.
Tumini, Koordinator Rumah Anak Sigap pada Posyandu Bahagia Sejahtera Desa Bukit Raya mengatakan, anak-anak yang masuk ruang ini pada umumnya dibuat bahagia dan ceria melalui aneka permainan yang disediakan.
Sedangkan dalam permainan itu tentu diselipkan edukasi yang mampu merangsang percepatan pertumbuhan anak, yakni melalui stimulasi sesuai dengan kemampuan anak dan sesuai dengan tingkatan umur.
"Di ruang ini, kami biarkan anak bermain, berinteraksi dengan teman-temannya, melihat buku bergambar tentang alam, dan lainnya. Tugas kami adalah mengawasi, mendampingi, dan membantu tentang apa yang diinginkan tapi belum dilakukan," kata Tumini.
Sebenarnya yang bersekolah adalah orang tuanya, bukan anak-anak, karena anak-anak hanya ingin bermain, namun orang tua sambil diberi pengertian tentang apa yang harus dilakukan agar menjadi generasi cerdas dan tangguh untuk mewujudkan Indonesia unggul.
Sementara Wiwik Setyowatin, pengasuh anak usia 25-36 bulan, menyatakan bahwa ruang pengembangan kreativitas untuk anak sangat luas, mulai dari diskusi tentang benda-benda yang ada di tangan anak, di lingkungan sekitar, hingga sesuatu yang jauh tapi dilihat oleh anak.
Melalui diskusi dan bimbingan sesuai dengan kemampuan usia dini, maka anak-anak dapat mengembangkan imajinasi lebih luas, sehingga mereka akan selalu mencoba hal-hal baru, kreatif, inovatif, dan di masa mendatang menjadi anak unggul guna mewujudkan Indonesia emas.
Sedangkan dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri pada anak, ia akan membiarkan anak melakukan apa yang dikehendaki, kemudian membimbing secara halus jika kurang tepat, sehingga anak bisa berhasil, lantas memuji keberhasilan tersebut, meski hal kecil seperti memasukkan bola dalam keranjang dengan jarak dekat.
"Mengajak anak berani tampil di depan umum juga merupakan bagian dalam membangun kepercayaan diri anak. Seperti 17 Juni 2025 ini, dalam hari jadi Desa Bukit Raya, ada 10 anak yang menyajikan tari di panggung dan ditonton banyak orang," kata Wiwik.

Replikasi Rumah Anak Sigap
Pemkab Kukar melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) pun memiliki perhatian besar terhadap pendidikan usia dini, karena disadari bahwa anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang mampu menjadikan Indonesia unggul di masa depan.
Untuk itu, saat ini Disdikbud Kukar sedang membangun empat gedung Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI), sebagai upaya mengembangkan pendidikan sejak dini secara komprehensif dan terpadu.
"Empat gedung baru ini tersebar di empat kecamatan, yakni di Kecamatan Tabang, Muara wis, Muara Kaman, dan Kecamatan Anggana," kata Kabid PAUD dan Pendidikan Non-Formal (PNF) Disdikbud Kukar Pujianto.
PAUD HI merupakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak secara simultan, sistematis, dan terintegrasi, mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan pada anak.
Sistem pendidikan yang akan diterapkan di empat PAUD HI ini akan mereplikasi dari pola pendidikan yang telah dilakukan di Rumah Anak Sigap dan Sekolah Anak Sigap.
Dua pola ini pengasuhan dan pendidikan diterapkan Yayasan Tanoto Foundation. Dalam hal ini, Disdikbud Kukar sudah menjalin kerja sama dengan Tanoto Foundation sejak 2022 dan akan berkahir pada 2026.
Pihaknya mengakui bahwa pola ini efektif dalam melakukan pendampingan pada anak dan orang tua anak (parenting), sehingga kemudian pemda mereplikasi pola tersebut.
“Program pendampingan dan pengasuhan terhadap anak melalui fasilitator yang dibina oleh Tanoto Foundation bagus dalam optimalisasi tumbuh kembang, kesehatan, kecerdasan, dan menjadikan anak berkarakter, maka kami replikasi,” katanya.
Ditanya apakah Tanoto Foundation akan melanjutkan kerja sama dan membantu melakukan pengasuhan terhadap empat PAUD HI yang sedang dibangun dan untuk disiapkan pendidikan tahun depan, ia mengatakan belum ada pembicaraan ke arah itu.
Tapi yang jelas, kata dia, PAUD HI merupakan pengembangan pendidikan yang harus berkolaborasi ke seluruh pihak terkait seperti dinas kesehatan, dinas pemberdayaan masyarakat, dan sejumlah dinas lain, termasuk dengan kalangan swasta sebagai pendukung.
Sementara Roselina Ping, perwakilan Yayasan Tanoto Foundation, saat ditanya mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih fokus pada sembilan lokasi binaan di Kabupaten Kukar, baik pendampingan dan pengasuhan di Rumah Anak Sigap maupun Sekolah Anak Sigap.
"Untuk kerja sama lanjutan pada empat unit PAUD HI yang saat ini masih dalam pembangunan fisik, memang belum ada rencana untuk melakukan pendampingan ke sana, tapi tidak menutup kemungkinan hal ini bisa dilakukan," kata Ping.
Namun yang jelas, kata ia lagi, pihaknya saat ini masih terus melakukan pendampingan di sembilan lokasi yang telah dirintis sejak 2022 tersebut, yakni program Rumah Anak Sigap yang menyasar usia 0-3 tahun dan program Sekolah Anak Sigap yang menyasar anak usia PAUD hingga SD.
Gratis
Masyarakat merasa terbantu adanya pengasuhan pada anak dan pendampingan bagi orang tua ini, karena mereka bisa mendapat pengetahuan penting dalam mengasuh anak, sehingga hal ini bisa menjadikan anak cerdas dan berkarakter baik.
Orang tua mendapat layanan gratis karena para fasilitator (pengasuh) sudah dibayar oleh Tanoto Foundation. Sedangkan untuk ruang belajar, Tanoto menggandeng pemda untuk pinjam posyandu atau ruang lain yang kemudian ditambahi fasilitas agar lebih nyaman dan sesuai kebutuhan anak.
Di Posyandu Melati Putih Rumah Anak Sigap Desa Panoragan, Loa Kulu, Kukar misalnya, Arisdiah Sari, ibu dari Aizah (21 bulan), mengaku sangat terbentu adanya pola pengasuhan tersebut, karena selain gratis juga banyak pengetahuan yang ia peroleh.
Menurut Sari, Aizah merupakan anak pertamanya sehingga ia serba takut saat mengurus. Beruntung ada Program Rumah Anak Sigap sehingga ia merasa terbantu dengan adanya pendampingan dari fasilitator.
Di Rumah Anak Sigap Posyandu Melatih Putih ini pun terdapat enam fasilitator yang berasal dari desa setempat. Untuk perekrutan fasilitator dilakukan melalui berbagai seleksi yang sebelumnya mendapat rekomendasi dari kepala desa setempat.
Sedangkan pembekalan pengetahuan untuk para fasilitator dilakukan oleh Tanoto Foundation, sehingga semua fasilitator merupakan pelaku profesional, karena selain dibekali pengetahuan sebelum melakukan pendampingan juga mendapatkan peningkatan kapasitas secara berkala, baik tiap pekan maupun tiap bulan.
"Ketika anak saya umur sekitar 5 bulan, saya konsultasi dengan Fasilitator Rumah Anak Sigap, karena anak belum bisa tengkurap, sedangkan saya nggak berani menengkurapkan, takut kenapa-napa. Tapi kemudian saya diajari oleh fasilitator," kata Sari.
Sejak itu, ia pun sering konsultasi dengan fasilitator setempat tentang berbagai hal dalam kaitan pola asuh anak. Bahkan saat anak sudah bisa diajak ke luar rumah ia pun datang ke posyandu ini agar mendapat pemahaman lebih tentang bagaimana seharusnya mengasuh anak.
Banyak hal yang ia dapatkan selama datang ke posyandu, mulai dari teknik komunikasi dengan anak, mengajak anak bermain untuk melatih motorik, sekaligus menanamkan nilai-nilai sosial, pengetahuan pola konsumsi agar anak tidak kekurangan gizi, dan pengetahuan lain.