Tenggarong, Kaltim (ANTARA) - Aizah, 21 bulan, anak yang belum masuk usia sekolah formal ini begitu menikmati berbagai permainan ringan yang tersedia di Posyandu Melati Putih Rumah Anak Sigap di Desa Panoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Permainan tersebut antara lain menyusun balok, puzle, ayunan, dan perosotan. Sedangkan ketika ada pendampingan dari fasilitator, maka permainan mulai meningkat, yakni mengenal warna, permainan mengenai warna, dan permainan warna dipadukan dengan mengenal angka.
Semua permainan tersebut tentu disesuaikan dengan usia anak, bahkan disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak, karena disadari tiap anak memiliki kemampuan berbeda.
Sementara Arisdiah Sari, ibu dari Aizah, tampak setia mendampingi putrinya bermain di posyandu ini. Sesekali ia memberitahu tentang permainan yang dimainkan putrinya.
Menurut Sari, Aizah merupakan anak pertamanya sehingga ia serba takut saat mengurus hingga membimbing agar anaknya bisa menjadi cerdas.
Beruntung ada Program Rumah Anak Sigap (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) yang dipadukan di Posyandu Melati Putih tersebut, sehingga ia merasa terbantu dengan adanya pendampingan dari fasilitator.
Di Rumah Anak Sigap ini terdapat enam fasilitator yang berasal dari desa setempat. Untuk perekrutan fasilitator dilakukan melalui berbagai seleksi yang sebelumnya mendapat rekomendasi dari kepala desa setempat.
Sedangkan pembekalan pengetahuan untuk para fasilitator dilakukan oleh Yayasan Tanoto Foundation, sehingga semua fasilitator tersebut merupakan pelaku profesional, karena selain dibekali pengetahuan sebelum melakukan pendampingan juga mendapatkan peningkatan kapasitas secara berkala, baik tiap pekan maupun tiap bulan.
"Ketika anak saya umur sekitar 5 bulan, saya konsultasi dengan Fasilitator Rumah Anak Sigap, karena anak belum bisa tengkurap, sedangkan saya nggak berani menengkurapkan, takut kenapa-napa. Tapi kemudian saya diajari oleh fasilitator," kata Sari.
Sejak itu, ia pun sering konsultasi dengan fasilitator setempat tentang berbagai hal dalam kaitan pola asuh anak. Bahkan saat anak sudah bisa diajak ke luar rumah ia pun datang ke posyandu ini agar mendapat pemahaman lebih tentang bagaimana seharusnya mengasuh anak.
Banyak hal yang ia dapatkan selama datang ke posyandu, mulai dari teknik komunikasi dengan anak, mengajak anak bermain untuk melatih motorik, sekaligus menanamkan nilai-nilai sosial, pengetahuan pola konsumsi agar anak tidak kekurangan gizi, dan pengetahuan lain.
Masa keemasan
Sementara menurut Hernawati, Koordinator Fasilitator Posyandu Melati Putih Rumah Anak Sigap (RAS), melalui RAS ini pihaknya ingin menyiapkan generasi bangsa yang unggul dan cerdas di masa depan, yakni dimulai dari anak umur 0 tahun hingga 3 tahun (36 bulan).
Anak usia dini merupakan masa keemasan, sehingga harus mendapat pembinaan yang tepat dari orang tua dan lingkungan, karena anak usia dini akan meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang sekitar, terlebih orang orang tua.
Melalui RAS, katanya, sebenarnya yang mendapat pembinaan atau yang bersekolah adalah orang tuanya baik ibu maupun ayah, sehingga orang tua bisa mendampingi anak setiap saat secara tepat.
"Penekanan kami adalah orang tua, seperti bagaimana cara yang tepat dilakukan orang tua untuk membuat anak percaya diri. Hal ini bisa dilakukan dari hal sederhana, misalnya ketika anak ingin memakai baju merah, maka biarkan anak memilih, kemudian puji ketika baju itu dipakai," katanya.
Melalui ini, katanya, maka anak akan merasa bangga dan merasa mendapat perhatian dari orang tua. Dampaknya kemudian, anak akan mencoba hal-hal baru dengan keyakinan, sehingga ketika dewasa tidak menjadi manja.
Kolaborasi
Sarmin Kepala Desa Panoragan, mengaku bersyukur atas kehadiran Tanoto Foundation di desa yang ia pimpin tersebut dalam melakukan pendampingan untuk tumbuh kembang anak, terutama pendampingan bagi orang tua (parenting).
Ia menyadari bahwa pendidikan untuk anak harus disiapkan sejak dini, karena di usia emas ini merupakan waktu yang tepat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan motorik.
Melalui para fasilitator RAS, anak-anak mendapat stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, kreativitas, bahkan merangsang keterampilan motorik sehingga perkembangan otak juga bisa dipercepat.
Untuk itu, ia bersama warga pun sepakat membantu menambah fasilitas yang dibutuhkan anak dan orang tua saat berada di posyandu, misalnya pengadaan AC, kipas angin, dan hal lain yang tidak dapat dipenuhi oleh Tanoto Foundation, sehingga keduanya saling mendukung, kolaborasi untuk mendukung mewujudkan Indonesia emas.
Terkait dengan kesehatan, pihaknya pun melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk mencegah kekurangan gizi atau stunting, termasuk edukasi tentang pola konsumsi.
Pada 2023 lalu, katanya, ada empat anak yang memiliki gejala stunting, namun pada 2024 mereka dinyatakan normal, karena tim di posyandu, RAS, dan pihaknya berkolaborasi untuk memberikan edukasi dan pemberian makanan tambahan bergizi seimbang.
"Panoragan merupakan desa yang makmur, jadi kalau ada anak yang kurang gizi, itu bukan karena kekurangan makanan bergizi, tapi lebih pada pola asuh dan pola konsumsi, makanya dengan kolaborasi ini kami sama-sama memberi pemahaman kepada orang tua," kata Sarmin.