Balikpapan (ANTARA) - Seluruh jamaah haji asal Kota Balikpapan dipantau kesehatannya selama 21 hari ke depan setelah tiba dari Tanah Suci, sebagai bagian dari langkah kewaspadaan terhadap potensi penyakit menular seperti COVID-19 dan MERS-CoV.
“Kami tetap melakukan pemantauan kesehatan selama 21 hari pasca kepulangan, baik melalui pemantauan langsung maupun pencatatan digital,” kata Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Balikpapan, Dr. Bangun Cahyo Utomo, di Balikpapan, Selasa.
Ia menjelaskan, pemantauan tersebut dilakukan dengan menggunakan dua sistem digital utama, yakni Buku Kesehatan Jemaah Haji elektronik (e-BKJH) dan Kartu Kesehatan Jemaah Haji elektronik (e-KKJH).
Menurut Bangun, kedua sistem tersebut mencatat dan memantau status kesehatan jamaah secara terintegrasi.
“Petugas puskesmas di wilayah domisili masing-masing jamaah akan memantau kondisi secara berkala dengan merujuk pada data dari Sistem Informasi Kesehatan Haji (Siskohatkes) Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya, seluruh jamaah haji kloter pertama asal Balikpapan telah tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan pada Senin malam (16/6) sekitar pukul 23.05 WITA, menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-900 Neo dengan nomor penerbangan GIA 44101.
"Setelah turun dari pesawat, jamaah diarahkan menuju Asrama Haji Batakan Balikpapan untuk menjalani skrining awal, termasuk pemeriksaan suhu tubuh menggunakan thermal scanner," ungkapnya.
Bila ditemukan gejala seperti demam, batuk, atau pilek, kata Bangun, maka dilakukan pengambilan swab dengan viral transport medium (VTM).
Hasil swab tersebut, kemudian dikirim ke laboratorium di Jakarta untuk memastikan apakah haji tersebut ada terpapar penyakit atau tidak.
“Semua prosedur sudah kami siapkan. Jika ada gejala mencurigakan, akan langsung kami laporkan ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR),” jelas Bangun.
Ia menyebutkan, tidak ada kasus aktif COVID-19 dari jamaah asal Balikpapan sejauh ini, namun terdapat sembilan orang yang dipantau lebih lanjut karena kelelahan dan usia lanjut.
“Beberapa sempat dirawat ringan selama di Arab Saudi, tapi saat ini semuanya dalam kondisi stabil,” katanya.
Bangun menyampaikan bahwa seluruh jamaah Balikpapan yang tergabung dalam kloter pertama berjumlah 360 orang, termasuk empat orang petugas kloter. Seluruhnya dilaporkan dalam kondisi sehat saat tiba kembali di tanah air.
“Tidak ada yang sakit saat kepulangan, namun pemantauan tetap harus dilakukan karena potensi penularan penyakit masih ada meski gejalanya tidak langsung terlihat,” ujarnya.
Ia menambahkan, seluruh jamaah telah mengisi formulir Satu Sehat Gaul Patuh (SSHP) sebelum kepulangan, yang menjadi acuan awal penilaian status kesehatan masing-masing individu.
“Data SSHP digunakan untuk klasifikasi warna hijau, kuning, dan merah. Jika ada gejala, langsung dilakukan swab, dan hasilnya dikirim ke laboratorium di Jakarta,” ujar Bangun.