Samarinda (ANTARA) - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Timur (Kaltim) telah memfasilitasi pembangunan 575 unit biogas memanfaatkan limbah ternak sapi demi menggenjot transisi energi baru terbarukan (EBT).
"Pengembangan biogas ini telah berlangsung sejak tahun 2012 hingga 2024," kata Kepala Bidang EBT dan Konservasi Energi Dinas ESDM Kaltim Elly Luchritia Nova di Samarinda, Kamis.
Saat ini, biogas yang telah dibangun masih berskala kecil, untuk rumah tangga. Pihaknya berkolaborasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim.
Nova menambahkan, setiap rumah tangga yang mendapatkan fasilitas biogas juga dilengkapi dengan kompor dan alat penanak nasi khusus.
Sumber energi utama berasal dari kotoran sapi, di mana minimal tiga ekor sapi dapat menghasilkan gas yang cukup untuk kebutuhan memasak sehari-hari, bahkan lebih efisien dibandingkan penggunaan LPG.
"Selama sapi masih ada, gas terus tersedia. Ini sangat membantu bagi mereka," jelasnya.
Selain sebagai pengganti LPG, dia mengungkapkan bahwa biogas juga menghasilkan produk sampingan berupa pupuk organik cair dan padat yang sangat bermanfaat bagi petani. Hal ini menciptakan sistem terintegrasi yang mendukung swasembada pangan dan energi di tingkat rumah tangga.
"Masyarakat petani di Long Kali dan Long Ikis, Kabupaten Paser bahkan mengaku mengalami penghematan LPG. Selain itu, karena ada sisa limbah dari pemanfaatan biogas, mereka tidak perlu lagi membeli pupuk untuk perkebunan," kata Elly.
Saat ini, pembangunan unit biogas difokuskan pada enam kabupaten/kota, di antaranya Kutai Barat, Paser, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau hingga Bontang.
Ke depan, Dinas ESDM Kaltim berencana mengembangkan biogas skala besar dengan volume tujuh meter kubik, yang dipusatkan di 30 lokasi Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) disalurkan melalui jaringan gas ke rumah-rumah di sekitarnya atau menggunakan kantong gas portabel.
"Skala besar ini kami garap tahun ini melalui kolaborasi dengan program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT)," imbuhnya.
Meskipun memberikan banyak manfaat, Nova tidak menampik adanya tantangan dalam keberlanjutan program ini, terutama terkait dengan jumlah sapi yang dimiliki masyarakat.
"Kendalanya adalah jika sapi dijual, produksi gas mereka berkurang. Namun, jika ada sapi, pasti akan dimanfaatkan secara maksimal," tuturnya.
Selain limbah sapi, Nova juga menyebutkan potensi pemanfaatan limbah dari hewan lain seperti babi, yang memiliki produksi kotoran tinggi.