Balikpapan (ANTARA) - Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, mengonfirmasi bahwa fenomena pusaran air yang muncul di Teluk Balikpapan pada Sabtu (31/5) merupakan waterspout atau puting beliung yang terjadi di atas laut.
"Benar telah terjadi fenomena di Teluk Balikpapan, dan itu biasa disebut waterspout," kata Kukuh di Balikpapan, Sabtu.
Ia mengemukakan, fenomena itu berawal dari adanya angin kencang dan awan cumulonimbus jenis awan besar yang menjulang tinggi dan dikenal membawa cuaca ekstrem.
Di dalam awan cumulonimbus terjadi turbulensi, yaitu pergerakan udara yang tidak stabil. Hal ini menyebabkan terbentuknya pusaran dengan tekanan udara yang lebih rendah di pusatnya.
"Dari sinilah terbentuk puting beliung atau waterspout," jelas Kukuh.
Menurutnya, proses pembentukannya sama dengan puting beliung di daratan yakni akibat ketidakstabilan atmosfer yang dipicu oleh awan cumulonimbus.
“Tekanan rendah di pusat pusaran menyebabkan terbentuknya kolom angin dari dasar awan menuju ke permukaan laut. Itu yang terlihat seperti cerobong air yang berputar,” ujarnya.
BMKG menyebut bahwa fenomena waterspout sering terjadi pada masa peralihan musim, seperti dari musim kemarau ke musim hujan.
Ia menjelaskan, saat peralihan itu, suhu permukaan laut yang hangat dan penguapan yang tinggi, terutama saat pagi hingga siang hari, mempercepat pertumbuhan awan cumulonimbus.
“Ciri-ciri umum cuaca ekstrem yang ditimbulkan dari awan cumulonimbus antara lain hujan deras berdurasi singkat, angin kencang, kilat dan petir, serta kemungkinan terjadinya puting beliung atau waterspout,” jelas Kukuh.
Ia mengingatkan bahwa waterspout dapat menjadi ancaman serius bagi aktivitas kelautan, perikanan, maupun warga yang beraktivitas di pesisir, karena muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat.
BMKG pun mengimbau masyarakat agar terus memantau perkembangan cuaca dan mewaspadai indikasi awal terbentuknya awan cumulonimbus.
Sampai saat ini belum ada laporan kerusakan maupun korban akibat kejadian tersebut. Meski demikian, BMKG tetap mengingatkan bahwa potensi cuaca ekstrem masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan seiring dinamika atmosfer di wilayah Kalimantan Timur.
Sekadar diketahui, peristiwa pusaran air di Teluk Balikpapan itu sempat terekam oleh warga menggunakan kamera ponsel, dan rekamannya menyebar luas di media sosial serta grup percakapan WhatsApp.
Dalam video itu terlihat jelas kolom angin memutar menjulur dari awan ke permukaan laut, yang kemudian dikonfirmasi BMKG sebagai waterspout.
Sebelumnya, BMKG Balikpapan juga telah mengingatkan akan potensi angin puting beliung yang dapat terjadi selama masa peralihan musim dari hujan ke kemarau.
"Pada masa peralihan yang perlu diwaspadai adalah angin puting beliung karena kejadian itu sangat rentan terjadi di masa peralihan," kata Kukuh.
Hingga akhir April, lanjutnya, wilayah Kalimantan Timur masih berada pada puncak kedua musim penghujan.
"Setelahnya, sudah mulai masuk masa peralihan musim, dan diperkirakan akhir Juni sudah masuk musim kemarau," katanya.
Menurut Kukuh, puting beliung umumnya terjadi pada siang atau sore hari dan diawali dengan ciri-ciri tertentu.
Salah satu ciri sebelum terjadi angin kencang itu adalah udara yang terasa panas dan pengap, langit yang tampak cerah namun tiba-tiba berubah menjadi mendung gelap, serta angin yang berubah arah dan bertiup kencang secara tiba-tiba.
Menurut Kukuh, Angin puting beliung termasuk kejadian lokal, namun dampaknya bisa signifikan. Biasanya berlangsung singkat, tapi cukup merusak bila terjadi di kawasan padat atau permukiman.
Setelah masa peralihan usai atau sudah memasuki musim kemarau, Kukuh mengingatkan potensi peningkatan gelombang laut di Selat Makassar saat kemarau nanti akibat angin selatan.
"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ujarnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk memperhatikan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan secara berkala, serta menghindari berlindung di bawah pohon atau baliho saat terjadi hujan disertai angin dan petir.