Samarinda (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) memperkuat pelayanan fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, seperti Puskesmas dan rumah sakit, dalam menangani masalah kesehatan keluarga, terutama menyangkut kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Secara kesehatan, kami biasanya menyebut mereka yang berisiko sebagai populasi rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, perilaku, dan aspek lainnya yang berkaitan dengan kesehatan," ujar Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Kaltim Nurhasanah di Samarinda, Kamis.
Ia menambahkan bahwa upaya penanganan masalah ini sebenarnya sudah ada sejak lama.
Menyikapi viral fenomena kelompok daring yang membahas penyimpangan seksual anak, Nurhasanah menyatakan bahwa isu kekerasan terhadap anak dan perempuan menjadi perhatian serius.
" Hal ini termasuk dalam kategori Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan (KTPA), yang mencakup berbagai jenis kekerasan, termasuk tindakan perkosaan," katanya.
Menurut Nurhasanah, korban kekerasan seringkali datang ke fasilitas kesehatan setelah mengalami masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Mereka mungkin tidak langsung mengakui tindakan penyimpangan yang dialami.
"Misalnya, jika ada korban datang dengan keluhan sakit pada alat vitalnya, dokter yang sudah terlatih menyadari bahwa ini bisa jadi indikasi perilaku menyimpang," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa korban cenderung menghindari pengakuan langsung mengenai penyebab masalahnya.
Berbeda dengan penanganan di kepolisian yang berfokus pada perlindungan hukum, di sektor kesehatan, korban melalui kajian mendalam dan konseling oleh dokter untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari kondisi mereka.
Dinkes Kaltim memiliki program-program khusus yang menyasar hampir setiap siklus kehidupan, dengan prioritas pada anak usia sekolah dan remaja.
"Kami memperkuat Puskesmas dan rumah sakit untuk memberikan pelayanan terkait kesehatan keluarga yang berhubungan dengan kekerasan, baik terhadap anak maupun perempuan," kata Nurhasanah.
Salah satu upaya konkret adalah dengan rutin mengadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai penanganan KTPA. Tujuannya agar setiap korban yang datang ke fasilitas kesehatan mendapatkan pelayanan sesuai standar.