Samarinda (ANTARA) - Wali Kota Samarinda Andi Harun meluncurkan ruang publik berketahanan iklim yang dirancang untuk membantu masyarakat menghadapi tantangan perubahan cuaca, tepatnya di Taman Para'an kawasan Jembatan Nibung, Pasar Segiri.
"Ini adalah salah satu pelopor yang bisa menjadi proyek percontohan bagi daerah-daerah lain bahwa ruang publik itu begitu penting di sebuah daerah," katanya di Samarinda, Senin.
Ia secara langsung meresmikan ruang terbuka hijau yang dirancang dengan konsep partisipatif dan berfokus pada pemanfaatan energi terbarukan ini. Ia menyatakan bahwa Taman Para'an dapat menjadi proyek percontohan bagi daerah lain di Indonesia.
Lebih lanjut, Andi Harun menekankan bahwa proses perancangan Taman Para'an melibatkan langsung masyarakat.
"Ruang publik di Taman Para'an ini sejak dari prosesnya mengajarkan kepada kita bagaimana dirancang bersama-sama rakyat," ungkapnya.
Ia menyinggung keterlibatan masyarakat dalam menentukan desain taman yang difasilitasi oleh Queensland University of Technology itu.
Menurut dia, desain dan fungsi ruang-ruang di Taman Para'an sepenuhnya merupakan aspirasi masyarakat.
Wali Kota Samarinda berterima kasih kepada pihak yang membantu pembangunan ruang publik berketahanan iklim itu, yakni Adaptation Fund melalui kemitraan dan Center for Climate and Urban Resilience (CeCUR) Universitas 17 Agustus Surabaya.
"Semoga ini bisa bertambah lagi di tahun-tahun yang akan datang," imbuhnya.
Terkait pengelolaan, Andi Harun menjelaskan bahwa setelah masa retensi pemeliharaan oleh pihak CeCUR berakhir, pemerintah kota menindaklanjuti kelembagaan dan pengelolaannya. Ia juga mengajak masyarakat untuk segera berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang ada, meskipun beberapa perbaikan minor masih dilakukan.
Andi Harun mengungkapkan membentuk kelompok kerja ruang publik yang bertugas mengelola taman ini.
"Karena ini memang latar belakangnya atau sejak awal itu merupakan bentuk kegiatan partisipatif, maka nanti yang rawat itu masyarakat," jelasnya.
Salah satu keunggulan Taman Para'an adalah pemanfaatan energi alternatif secara mandiri. Fasilitas yang tersedia mencakup panel surya, generator kincir angin sebagai sumber listrik, serta ruang serba guna yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi saat terjadi banjir.
Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Yulia Suryanti yang turut hadir dalam peluncuran, menilai Taman Para'an sebagai simbol kolaborasi yang baik antara pemerintah daerah, masyarakat, universitas, dan pihak terkait lainnya.
Yulia berharap ruang terbuka hijau berketahanan iklim ini dapat terus berlanjut dan menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah lain. Ia juga menyinggung rencana integrasi pengelolaan pasar di Samarinda yang dapat memanfaatkan konsep serupa.
"Jadi ini juga menjadi salah satu upaya awal di mana masyarakat dengan program iklim terkait dengan kebutuhan untuk menghadapi cuaca ekstrem," jelasnya.