Balikpapan (ANTARA) - Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disparpora) Kota Balikpapan mengajak para sineas muda atau seseorang yang memiliki keahlian tentang cara dan teknik pembuatan film untuk terus berkarya dan memanfaatkan momentum pelaksanaan Balikpapan Film Festival sebagai wadah menyalurkan ide-ide kreatif.
"Di Disparpora sendiri, kami sangat mendukung dunia perfilman, khususnya di Balikpapan. Ini, menjadi wadah untuk menampung masukan dan ide-ide segar dari para sineas muda Balikpapan," kata Kepala Disparpora Kota Balikpapan, Cokorda Ratih Kusuma, di Balikpapan, Jumat, (16/5).
Ia menyebutkan festival tersebut menjadi momen yang tepat untuk mendorong sineas muda terus berkarya dan memperluas jejaring mereka.
Menurutnya melalui Balikpapan Film Festival yang sebentar lagi akan diadakan, maka nantinya akan duduk bersama para pelaku film, berdiskusi, dan merancang kegiatan-kegiatan yang ke depannya bisa membawa karya mereka masuk ke sinema-sinema di Kota Balikpapan.
Disparpora Balikpapan juga membuka peluang kolaborasi dengan produser dari luar daerah. Diskusi awal dengan pelaku film nasional telah dilakukan.
"Tadi kami sudah berdiskusi bersama bang Anwar Sadat, salah satu pelaku karya juga. Kami harapkan ke depan bisa terjalin kolaborasi, baik dengan pelaku film di Balikpapan maupun dari luar daerah," katanya.
Ratih menilai hasil-hasil film lokal yang ditampilkan saat ini sudah sangat membanggakan. Beberapa karya bahkan telah menembus tingkat nasional dan internasional.
Di antaranya film Save Mangrove yang diputar di Prancis, serta Ikhlas dan Septia yang tayang secara nasional.
"Kami juga sering mengajak teman-teman sineas untuk nonton bareng dan berdiskusi bersama," katanya.
Ratih mengapresiasi karya yang ditampilkan dalam pemutaran film lokal seperti Kilang, Kunang-Kunang, dan Forest City. Film itu merupakan buah karya dari Aqila Nayyara Zake Anwar, konten kreator yang masih duduk di bangku SMP dan merupakan anak dari Anwar Sadat.
"Ini menunjukkan bahwa ide-ide mereka sangat bagus. Ditambah masukan dari aktor senior Bunda Yesi Gusman mengenai pentingnya unsur budaya, itu bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah film," ujarnya.
Disparpora Balikpapan juga mendorong eksplorasi budaya lokal sebagai tema dalam film. Salah satunya dengan mengangkat identitas Balikpapan sebagai kota pesisir.
"Melihat Balikpapan sebagai kota pesisir, maka bagaimana nama Balikpapan bisa dikenal melalui karya film, bukan hanya melalui tarian atau seni pertunjukan seperti selama ini," katanya.
Ia mengungkapkan kisah lahirnya Balikpapan dari sudut pandang budaya pesisir bisa menjadi cerita menarik yang dikemas dalam medium film.
Ratih berharap festival tersebut menjadi langkah awal memetakan potensi perfilman di Balikpapan dan menjadikannya bagian dari pengembangan ekonomi kreatif.
"Balikpapan Film Festival bukan hanya milik para pelaku film, tapi milik kita bersama untuk mengangkat citra kota ini melalui media visual yang kuat dan menyentuh," ujarnya.
Sementara itu, Yessy Gusman yang juga merupakan Komisaris Utama Perusahaan Film Negara (PFN) menilai Balikpapan khusus dan pada umumnya di Kaltim juga memiliki budaya.
"Saya sebagai penonton, pecinta film nasional, saya ingin lihat film dengan latar belakang kehidupan dengan budaya lokal agar memiliki warna sendiri," ujarnya.
Yessy menegaskan, para sineas lokal ini tidak perlu langsung berfikir untuk bersaing dengan dunia peran di film modern yang dibuat oleh produser luar negeri.
"Saya hanya ingin melihat film itu memiliki nilai yang berkaitan dengan budaya," ujar dia.