Balikpapan (ANTARA) - Bengkel tempa pandai besi tradisional Usaha Karya di Jalan Mayjen Sutoyo, kawasan Gunung Malang, Kelurahan Klandasan Ilir, Kecamatan Balikpapan Kota, kebanjiran pesanan alat potong menjelang Idul Adha 1446 Hijriah.
"Untuk pesanan cukup banyak ada sekitar seratusan, biasanya hanya kisaran belasan atau puluhan, belum lagi yang tahun lalu telah membuat dan minta diperbaiki," kata Juliansyah, pengelola usaha tersebut, di Balikpapan, Kamis (15/5).
Ia mengaku, pesanan itu mulai ramai bahkan sepekan setelah Idul Fitri, baik dari instansi, masjid dan lain sebagainya untuk kebutuhan pemotongan hewan kurban.
"Pemesanan paling banyak alat potong seperti pisau daging, parang sembelih, serta kapak untuk pemotongan tulang" sebutnya.
Dalam pembuatan benda-benda tersebut, Juliansyah hanya berdua dengan rekannya, ia mengerjakan di dalam sebuah tempat yang berukuran kurang lebih 6x4 meter.
"Rata-rata bahan dasar dari besi, ada yang dari per mobil, sampai besi bearing mobil," tuturnya.
Julianysah menjelaskan, besi-besi itu, awalnya dipanaskan di sebuah tempat pembakaran dengan suhu tinggi, kemudian setelah panas secara silih berganti memukul besi itu dengan palu godam hingga berbentuk pipih.
Kemudian, alat potong yang sudah setengah jadi itu di masukan ke dalam air untuk mendinginkan suhu sebelum gerinda dan dipasang gagang.
"Ini masih setengah jadi, untuk penyelesaian dilakukan di rumah," ungkap dia.
Julianysah mengungkapkan, dalam sehari bisa menempa hingga 10 bilah logam mentah menjadi bentuk dasar parang. Namun, untuk memproduksi satu bilah parang yang lengkap dengan gagang dan sarungnya, dibutuhkan waktu hingga dua minggu.
“Kalau lengkap, sama sarung dan gagangnya bisa dua minggu. Tapi kalau yang biasa, 3–4 hari selesai. Yang penting sudah disepuh, digerinda, ditajamin,” ujarnya.
Ia menyebutkan, untuk ongkos tempa sampai gerinda sekitar Rp200 ribu. Kalau bahan dari per, Rp150 ribu. Tapi kalau minta lengkap sampai sarung sekitar Rp500 hingga 600 ribu.
Juliansyah menambahkan, dengan tetap setia pada teknik tempa tradisional, Usaha Karya menjadi satu-satunya usaha pandai besi tradisional yang masih bertahan di Balikpapan.
“Kalau saya sudah lebih 20 tahun menempa, ikut orang tua. Ini satu-satunya di Balikpapan yang masih pakai cara tradisional,” katanya.